Pada tanggal belasan di bulan Januari, tujuh pemuda itu akhirnya pulang ke Daegu setelah hampir seminggu berada di Pulau Jeju. Tidak ada yang terjadi di sana, padahal sudah jelas-jelas hari itu adalah terjadinya peristiwa penyerangan. Namun, tanda-tanda ZEO datang saja tidak ada.
Apakah mereka dipermainkan?
Dan, hal itu menimbulkan tanda tanya di kepala mereka masing-masing, terutama pihak PLEDIS. Kecurigaan pun mulai muncul akibat itu.
Dalam perjalanan, tiga serangkai tersebut berada di helikopter 2. Sedangkan, Heeseung dan tiga anggota termuda berada di helikopter 1, tepat di belakang helikopter 2 dengan diberi jarak sepuluh meter.
Selama itu, firasat Sunghoon dan Jungwon tidak enak sedari awal mereka berangkat. Makanya, keduanya hanya diam termangu di dalam transportasi udara tersebut.
"Sunghoon," panggil Jay yang berada di sebelahnya.
Yang dipanggil pun lantas menoleh. "Apaan?"
"Ngelamun mulu. Lagi mikirin apaan, sih?"
Apakah ia harus memberitahunya pada Jay?
Setelah berpikir sejenak, pemuda bertampang dingin itu akhirnya memutuskan untuk memberi tahu hal mengganjal di otaknya sedari tadi.
"Firasat gue gak enak. Mungkin bentar lagi terjadi."
Baru saja selesai bicara, tiba-tiba helikopter yang mereka bertiga tumpangi tersebut berguncang cukup hebat dan alhasil, ketiganya langsung dilanda kepanikan.
"Anjim! Jidat paripurna gue!"
Saking kagetnya, kepala pemuda Shim itu sampai terantuk oleh kaca pintu helikopter dengan cukup keras. Akibatnya, jidat mulusnya mulai merah.
Samar-samar, mereka mendengar suara tembakan di belakang helikopter ini. Minghao sebagai pilot itu segera melihat ke layar kecil di dekatnya. Di situ, ada titik merah yang bergerak dan tengah mengikuti helikopter 2 dari belakang.
Matanya membola, ia segera menoleh ke arah ketiga laki-laki berusia kepala dua itu dan berseru, "kita diserang oleh tentara ZEO!"
Suara tembakan masih terdengar samar-samar.
Tangan Minghao menyambar mikrofon yang terletak di dekatnya dan lantas, ia pun mulai menyambungkan sinyal pada Jeonghan yang mengendalikan helikopter 1. Setelah beberapa detik kemudian, sinyal pun tersambung.
"Hyung! Kita sedang diserang oleh para tentara ZEO! Mereka memberi tembakan bertubi-tubi pada helikopter kami pada lima menit yang lalu!"
"Hah?! Benarkah? Kalau begitu, aku akan menghubungi Seungcheol untuk mengirimkan bala tentara guna membantu kita. Apa kau setuju?"
Terlihat dari wajah Minghao yang tampak sedikit ragu, namun keadaan makin terdesak tatkala helikopter mereka kembali berguncang. Kali ini, guncangannya jauh lebih hebat daripada sebelumnya.
"Baiklah! Cepat hubungi Seungcheol hyung!"
Akhirnya, ia menyetujui usulan dari Jeonghan. Lalu, Minghao pun memutuskan sinyal itu dan kembali fokus sambil sesekali menghindar dari peluru-peluru yang mengudara ke arah helikopter 2.
Saat sudah tidak ada suara tembakan, Jay yang berada di samping jendela helikopter hendak memecahkan kaca jendela. Namun, ia ditahan oleh Jake dengan raut wajah panik. "Lo jangan gila, Jay! Jangan coba-coba mecahin tuh kaca kalo masih sayang nyawa!"
Namun, Jay adalah Jay. Pemuda itu tak peduli, lagi pula ia juga tahu akibat atas tindakan yang akan ia ambil tadi. Makanya, laki-laki berwajah tegas tersebut diam-diam mengambil sebuah senapan berjenis Barrett M82 yang berjarak efektif sejauh 1.800 m.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGE
Ação[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat hidup yang berkeliaran. Semuanya akan kembali seperti sedia kala.