Perang makin dekat. Para tentara sudah siap dengan senapan mereka dan dua tank telah siaga di posisi masing-masing, tinggal menunggu momentum untuk melancarkan serangan.
Namun, ini tidak seperti yang diperkirakan oleh ketujuh lelaki itu.
Saat ini, Sunghoon dan Sunoo tengah menunggu teman-teman mereka yang lain dengan perasaan gundah. Bahkan, orang setenang Sunghoon kini sedang berjalan mondar-mandir. Pikirannya kacau, hatinya pun tidak tenang seperti biasanya.
"Hyung, gimana kalo seandainya salah satu dari kita pergi saat perang tengah berlangsung?" tanya Sunoo tiba-tiba kepada pemuda Park yang ada di dekatnya di tengah keheningan yang cukup mencekam.
Langkah Sunghoon seketika berhenti, lalu menoleh ke arah sang teman dengan sorot mata yang tak dapat diartikan. "Entahlah, namun yang jelas gue sama sekali gak siap kalo itu sampe terjadi."
"Sunghoon! Sunoo!"
Seruan seseorang tiba-tiba menginterupsi percakapan kedua pemuda itu. Lorong tersebut kini dipenuhi oleh suara derap kaki yang begitu banyak. Kepala mereka berdua kemudian terangkat, mengukir senyum lega setelahnya.
Teman-teman mereka akhirnya tiba dalam keadaan baik-baik saja, kecuali satu orang yang berada di punggung Jay. Sunoo yang melihat salah satu temannya terluka seketika melunturkan senyumnya.
"Jungwon kenapa?" tanyanya kepada teman-temannya yang baru saja tiba.
"Ada monster di dalam laboratorium. Kami hendak keluar dari situ, namun kaki Jungwon ditahan yang kemudian ditusuk. Lukanya cukup parah, jadi dia gak bisa ikut perang." Jay menjawab dengan raut muka tidak bisa diartikan.
"Dan, gue baru dapet informasi gila dan sama sekali gak terduga dari Lodric soal kakak lo, Noo."
Bukan Jay yang mengatakan itu, melainkan sang teman tertua yang membuka suara perihal kakak Sunoo yang sudah dinyatakan meninggal dunia.
Pemuda bermata rubah itu penasaran dan bertanya, "kakak gue? Kak Suji maksud lo, Hyung? Bukannya dia udah meninggal dunia? Kenapa malah diungkit-ungkit lagi?"
Mengejutkan, Heeseung menggelengkan kepalanya, membantah pernyataan terakhir Sunoo.
"Lo salah, Noo. Sebenarnya, dia masih hidup sebelum hari ini tiba, namun dalam wujud yang sungguh mati berbeda. Dan, apa lo mau tau kenyataannya?" ujarnya kemudian.
Mereka terkejut bukan main, kecuali Jay yang tampak menunduk dengan penuh rasa bersalah dan Jungwon yang memejamkan matanya.
"Sebetulnya rasanya gak tega, tetapi gue harus ngomong." Heeseung mengembuskan napas dengan pelan, rasanya tak tega mengatakannya. Tetapi, ia harus. "Monster yang ada di laboratorium itu sekaligus yang dibunuh oleh Jay ... sebenernya itu adalah kakak lo, Noo."
Seketika, rasa sesak menggempur dadanya tanpa ampun. Sunoo kemudian memukul dadanya dengan perlahan, namun tak ada air mata yang mengalir barang setetes saja. Tak ada ekspresi apa pun yang menghiasi wajahnya, hanya sorot mata kosong yang terlihat.
"Gue sedih, tetapi gue gak bisa nangis. Namun, ini jauh lebih sakit daripada yang pertama," ungkapnya dengan suara yang cukup pelan, namun sendu.
Keheningan menyelimuti lorong selama beberapa saat sebelum dikejutkan oleh suara tembakan yang begitu keras. Dan, tanpa mereka sadari, suara itu menjadi awal dari terjadinya pertumpahan darah dan pengorbanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGE
Action[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat hidup yang berkeliaran. Semuanya akan kembali seperti sedia kala.