"Serang terus! Jangan biarkan semangat juang kalian padam!"
Sambil terus menyerang, Sora menyerukan api semangatnya kepada para tentara di sekitarnya dengan begitu lantang. Tiada rasa gentar di lubuk hatinya, sama sekali tak takut jika harus meregang nyawa.
Namun, di sisi lain, ia merasa gundah karena memiliki firasat yang sama sekali tidak bisa dikatakan baik. 'Apakah kita bisa menang? Apakah kita bisa berhasil nyelamatin orang-orang yang masih ditahan itu?' pikirnya.
Harus bisa! Harus berhasil! Tak peduli seberapa banyak tenaga yang terkuras. Tak peduli seberapa banyak luka yang mereka dapatkan. Tak peduli seberapa banyak dan derasnya darah yang mengalir. Mereka harus terus maju.
Meski harus mati, mereka sama sekali tidak takut karena semangat juang mereka tak akan pernah padam sampai perang ini berakhir.
Namun, para tentara ZEO ini seolah tidak berkurang sedikit pun. Sedangkan, pasukan tentara PLEDIS sudah berkurang cukup banyak. Walaupun mereka ada dua tank, itu tidak cukup karena tidak boleh mengenai bangunan milik ZEO sedikit pun.
"Sial, sial, sial! Kenapa mereka kayak gak berkurang sama sekali? Kalo gini terus, maka gak ada harapan buat menang," ujar Sora sebal dalam hati.
Namun, tanpa gadis itu sadari, salah satu tentara ZEO hendak menembaknya dari belakang. Ketika ingin menarik pelatuk senapannya, tiba-tiba seseorang menendang benda tersebut dengan keras.
Tanpa banyak bicara, kedua tangan orang itu langsung mencengkeram pergelangan tangan tentara tersebut, kemudian membantingnya ke permukaan tanah dengan begitu keras. Setelah itu, ia pun segera mengunci pergerakan tentara tersebut sambil menodongkan switchblade-nya yang berada tepat di leher lawan.
Dengan sorot mata setajam pisau, orang tersebut berkata, "goodbye, bastard!"
Sraak!
Tanpa belas kasih, lelaki berahang tajam tersebut langsung menggorok leher si tentara. Alhasil, pria ini mati di tempat dengan darah yang mulai mengalir deras. Usai melepas cengkeraman tangannya pada kedua tangan orang yang sudah tidak bernyawa ini, ia lalu memperhatikan sekitarnya yang telah kacau balau dengan sorot mata gelisah.
"Gue ngerasa ada sesuatu yang buruk bakal terjadi." Setelah mengatakan itu, Jay cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Gak, gak, gak! Ini bukan waktunya mikirin hal yang kayak gitu. Gue harus temuin si bajingan itu sekarang."
Belum mengambil langkah, tiba-tiba Jay disambut dengan sebuah tembakan yang berhasil ia hindari. Matanya seketika melotot, namun perlahan salah satu sudut bibirnya terangkat. Jiwa barbarnya mulai muncul kembali ke permukaan setelah sekian lama.
Entah bagaimana caranya, ia dengan cepat berbalik badan sambil mengayunkan switchblade-nya ke arah leher salah satu tentara ZEO yang hendak menusuknya dari belakang. Dan, ya! Pria berseragam tentara tersebut langsung terbaring lemah dalam keadaan leher yang terluka cukup dalam.
Namun, Jay mengetahui orang yang ada di hadapannya ini masih bernapas meskipun udaranya sangat tipis.
Ia kemudian menghela napas pelan. Usai berjongkok, barulah Jay kembali membuka suara. "Terkadang, gue ngerasa kasihan sama kalian semua yang mau menuruti semua perintah si Lodric bedebah itu. Dan, seharusnya kalian tau bahwa perbuatannya sama sekali gak bener. Tetapi, sayangnya ...."
Sedangkan, tentara yang sudah tak berdaya itu hanya bisa diam di tempat, menelan semua perkataan Jay mentah-mentah.
"Kalian terlalu naif karena gak bisa nerima kenyataan itu."
Srak!
◈•⇠⍟☆⍟⇢•◈
Mata Jungwon perlahan terbuka setelah terlelap selama puluhan menit. Kepalanya pusing, bahkan sempat terbatuk beberapa kali. Dengan mata yang sedikit berat, ia menegakkan kepalanya perlahan sebelum menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGE
Ação[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat hidup yang berkeliaran. Semuanya akan kembali seperti sedia kala.