Udara segar menyambut seorang laki-laki yang biasa dipanggil Jake itu dengan ramah. Ada banyak pot tanaman bonsai yang begitu subur dan berbagai macam bunga yang begitu indah di sekitar taman kecil tersebut. Di depan beberapa pot bonsai, ada bangku taman yang bertujuan untuk menenangkan pikiran bagi siapa saja ataupun sekadar ingin menikmati udara segar.
Pemandangan itu sangat menenangkan. Walaupun hari telah menjelang siang, Jake tak merasa kepanasan dan justru, udara di sini sejuk. Kakinya bergerak menuju bangku taman dengan langkah tenang. Kemudian, ia pun duduk di sana begitu sampai di kursi kayu panjang itu.
Jake menghela napas panjang. "Sekarang, gue aman dari Jay. Gue gak mau berurusan sama orang yang baru bangun tidur udah marah-marah. Serem!" Gumamnya yang berakhir menggelengkan kepalanya cepat kala membayangkan Jay ketika benaran marah.
Jay itu seram. Dari tampangnya saja sudah terlihat menakutkan, apalagi saat marah. Meja lingkaran PLEDIS yang sama sekali tak bersalah itu saja menjadi korban pukulan dari pemuda berahang setajam pisau tersebut.
Sekali lagi, Jake menghela napas pelan. Lalu, ia menyandarkan kepalanya di sandaran bangku dan memejamkan matanya guna menikmati udara segar untuk beberapa saat.
Namun, laki-laki berkepala dua itu merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya setelah beberapa menit berlalu. Alhasil, ia pun mengerjapkan matanya dan menoleh ke kanan.
Tak lama kemudian, sebuah senyuman manis terpatri di wajah menggemaskan itu.
"Halo!"
Tolong tahan Jake agar tidak sembarangan mencubit pipi tembem itu. Ia tidak bisa, anak kecil yang tengah berada di sampingnya ini terlalu menggemaskan.
Dengan ramah, Jake membalas sapaan tadi. "Hai! Namamu siapa?"
Anak perempuan berusia tujuh tahun yang sedari tadi mendekap boneka beruang miliknya masih tersenyum manis.
"Aku Kim Naya. Kakak bisa panggil aku Naya. Salam kenal, Kak!" Jawabnya antusias.
Pemuda bersurai hitam legam itu lantas berkata, "nama yang cantik dan itu cocok sekali denganmu," pujinya dengan senyum yang masih sama.
"Hihi." Naya tertawa kecil dengan gigi kelinci yang muncul dan itu menambah kesan lucu di mata Jake.
Akibatnya, tangannya mengusak pelan rambut hitam yang sedikit berkilau itu dengan sebuah senyuman manis yang terpatri di wajah tampannya.
"Nama Kakak Shim Jaeyoon, tetapi sering dipanggil Jake. Salam kenal juga, Naya!" Ucap laki-laki itu seraya mengangkat tangan kanannya, hendak berjabat tangan.
Dan, Naya menerimanya dengan baik. Sesudah sesi perkenalan itu, mereka berdua mulai mengobrol. Hanya anak perempuan itu saja yang terus berbicara, sedangkan Jake hanya mampu menanggapi semua ucapan Naya dengan senang hati.
"Aku gak pernah liat Kak Jake di tempat ini. Kakak baru datang ke sini, ya?" Tanya Naya sambil menatap Jake dengan mata bulatnya bak boneka itu yang menyiratkan rasa penasaran.
Laki-laki Shim tersebut mengangguk. "Iya. Kakak baru dateng ke sini sama temen-temen."
"Terus, temen-temen Kak Jake lagi di mana sekarang?"
"Di ruang kesehatan. Naya tau 'kan ruangan itu?"
Yang ditanyai pun mengangguk cepat. "Tau! Aku pernah dibawa ke sana karena kakiku terluka dan berdarah. Kakak perawat itu baik banget sama aku. Bahkan, aku dikasih permen sama dia dengan janji bakal lebih hati-hati lagi kalo main," jelas Naya dengan penuh semangat.
Jake hanya mendengarkan saja sambil tersenyum hangat. Menyimak semua cerita Naya dengan saksama. Entah kenapa, anak satu ini bisa mengembalikan mood-nya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGE
Acción[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat hidup yang berkeliaran. Semuanya akan kembali seperti sedia kala.