《30》

431 38 5
                                    

Sebelum membaca bab ini, para pembaca diharapkan untuk menyiapkan sekotak tisu dan memutar lagu sedih (bebas) supaya feel-nya lebih terasa. Terima kasih!

...

Rasa letih menggerogoti tubuh, namun semangat juang mereka tak goyah sedikit pun. Panasnya api yang berkobar di relung hati masing-masing itu tak pernah padam walaupun sudah cukup banyak yang gugur dengan cara yang terhormat.

Namun, kemenangan sedikit demi sedikit mulai terlihat karena para tentara ZEO telah berkurang cukup banyak. Menyadari hal itu, api semangat mereka makin berkobar-kobar.

Termasuk, delapan orang yang sampai saat ini bara api di mata juga relung mereka masing-masing.

"Kemenangan udah hampir di depan mata! Gue dan semuanya bakal menang!" ucap Hyejin dalam hati. Hatinya menggebu-gebu. Tak sabar ingin melihat wajah putus asa dari ketua bedebah itu dengan mata kepalanya sendiri.

Tembakan demi tembakan memelesat satu sama lain, serangan demi serangan dijatuhkan. Dua tank yang berada di belakang pasukan PLEDIS pun meluncurkan serangannya ke markas ZEO sebanyak beberapa kali.

Akan tetapi, ada yang tidak beres dari benak Sunghoon. Laki-laki jangkung tersebut merasa ada yang menghampirinya dari belakang dengan sejuta bahaya yang mengancam nyawa, namun tak sempat melihat karena para tentara ZEO terus menyerangnya tanpa memberinya celah sedikit pun.

Entah cuma perasaannya atau apa, Sunghoon merasa kakinya terus melangkah mundur secara perlahan. Seolah-olah tentara-tentara ini memang ingin memojokkan dirinya sampai tak dapat berkutik lagi. Maka dari itu, lantas pemuda Park tersebut berusaha untuk melangkah maju, menimpali serangan-serangan yang dijatuhkan ke arahnya.

Akan tetapi, beberapa menit sebelum hampir mencapai kemenangan, punggungnya tiba-tiba terasa panas dan perih. Bagian belakangnya perlahan basah oleh cairan kental.

Tak lama kemudian, sebuah suara yang paling ia tidak sukai pun terdengar oleh sepasang telinganya.

"Jika saya gak bisa ambil darah imun seseorang, maka akan saya habisi agar bisa dapat darahnya tanpa perlawanan. Dan, itu juga berlaku padamu, Anak Muda."

Deg!

Mata hitam legam itu melotot tak percaya, lalu badannya ambruk seketika tatkala kata-kata itu memasuki telinganya tanpa permisi. Ia syok. Rasa sakit di punggungnya perlahan mulai terasa, tepatnya di bagian di mana jantungnya berada.

Sedangkan, Lodric yang baru saja berhasil menusuk jantung Sunghoon lantas mengukir seringai penuh keangkuhan.

"Apa kata-kata terakhirmu sebelum memejamkan mata untuk yang terakhir kalinya?" tanyanya dengan nada remeh.

Sunghoon tak menyahuti pertanyaan Lodirc barusan. Ia hanya terduduk dengan kepala yang menunduk begitu dalam sampai siapa pun tidak dapat melihat atau mengetahui ekspresi seperti apa yang tercetak di wajah menawan itu sekarang.

Melihat lelaki jangkung itu tidak bereaksi sedikit pun, pria tersebut lantas berdecih dan berkata, "baiklah, saya akan menghabisimu tanpa kau mengucapkan kata-kata terakhir." Ia kemudian mengangkat pisaunya ke udara, hendak menusuk jantung Sunghoon sekali lagi.

Namun, tiba-tiba pemuda berwajah dingin tersebut dengan keras menendang kaki Lodric dengan gerakan memutar. Alhasil, Lodric jatuh tersungkur dengan pisau yang terlepas dari genggaman tangan.

[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang