Selamat datang di Masa Orientasi Siswa SMA Negeri 53 Jakarta Barat.
Selamat datang Siswa baru
🥳Happy reading semua🥳
Berjalan gontai dengan topi kardus, sepatu tali warna-warni dan kaos kaki yang berbeda tidak membuat aura Naraya menghilang. Gadis itu masih terlihat spesial dengan pandangan mata tajam dan juga wajahnya yang dingin. Tidak ada yang membuatnya penasaran untuk memalingkan wajahnya yang datar menatap lurus ke depan, kecuali saat keributan terasa begitu bising dan memaksanya menoleh.
"Awas!!!" Seorang siswa dengan dandanan yang sama dengannya tengah melaju kencang dengan sepatu roda. Hampir saja ia menabrak Naraya jika saya gadis itu tak segera minggir, dan berakhir dengan jatuhnya cowok itu di depan kaki Naraya.
Semua siswa dari segala penjuru bergerak mendekat, hanya Naraya yang berdiri mematung, memperhatikan bagaimana cowok itu berusaha berdiri.
"Gue gak tahu kalau keramik itu licin," Ungkap cowok yang mendongak menatap Naraya sembari terkekeh.
"Bervan lo gak apa-apa?" Suara lantang dari balik kerumunan membuat semuanya menoleh. Itu suara Javero, si kapten basket yang jadi incaran segala penjuru siswi SMA 53 atau sering disebut Goti (Gocap Tiga), kecuali Naraya. Sebenarnya Naraya tak keberatan menyukai kakak kelas paling terkenal itu jika saja Sekala tidak mati-matian melarangnya.
Bagaimana tidak? Bentuk badan yang bagus dengan tinggi 181 cm, kulit putih, selalu terlihat humble kepada semua orang, bahkan terlalu humble sampai suatu saat pernah menjadi keributan besar saat tiga orang siswi saling mengaku bahwa dirinya adalah pacar Javero. Tidak heran karena Javero terkenal sangat gampang mengatakan...
"Oke kita pacaran!"
Buaya mungkin disebutnya.
Setelah dirasa cowok itu telah terbantu tanpa butuh dirinya, Naraya memilih beranjak pergi, meringsut dari sekumpulan manusia yang penasaran. Bergerak menjauh pelan seakan tak terjadi apa-apa sebelumnya. Itulah bakat Naraya.
"Hei," Naraya berhenti saat pundaknya di sentuh oleh seseorang, tangan besar yang mampu meraup seluruh bagian pundaknya yang kecil. Naraya memang hanya memiliki tinggi 160 cm, berbeda dengan kakaknya Sekala yang mampu menjulang hingga 185 cm.
Bervan berdiri terengah di belakang Naraya, masih dengan memakai sepatu roda, Bervan mendelik menatap Naraya yang heran dengan arti panggilan dan sentuhan di pundaknya yang bertahan lumayan lama namum Bervan tak segera mengatakan apa-apa.
"Sorry," Ungkap Bervan tanpa melepas tangannya.
Naraya mengangguk, memberi kode atas bahunya yang mulai terasa berat.
"Bisa temenin gue lepas sepatu roda bentar?" Bervan nyengir kuda, sementara Naraya hanya mendengus pelan. Kepalanya terangguk meng-iya-kan permintaan Bervan.
Bervan Danaka.
Naraya membaca sekilas nama yang tertera di baju Bervan, laki-laki itu menunduk melepaskan sepatu rodanya dan menjadikan Naraya sebagai topangan. Sungguh pertemuan pertama yang kurang ajar.
"Makasih," Bervan tersenyum. Tangannya telah terlepas dari pundak Naraya, namun saat Naraya hendak pergi ia kembali memanggil.
"Hei..."Naraya menoleh kesal.
"Nama kamu siapa?" Bervan mencoba mencari nama di baju Naraya, namun namanya tertutup oleh rambut Naraya yang terurai ke depan.
"Nara, panggil aja Nara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Judes but love 「COMPLETED」
Teen Fiction📖 TEEN FANFIC TXT 📖 Pacaran tidak pernah masuk daftar keinginan dalam kehidupan Naraya Calista. Namun bertemu dengan cowok paling random sedunia yang bahkan tidak masuk ke dalam kriterianya membuat Nara harus mengakui bahwa ia mulai jatuh cinta. J...