(16) Keputusan

28 8 0
                                    

Halo apa kabar semuanya?
Masih setia kan nemenin Bervan perjuangain Naraya?

♡´・ᴗ・'♡
-----

Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit saat Naraya masih terpaku pada cermin di depannya, ia menatap dirinya sendiri namun pikirannya kemana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit saat Naraya masih terpaku pada cermin di depannya, ia menatap dirinya sendiri namun pikirannya kemana-mana.

Hari ini Bervan akan bertemu dengan Pak Karja, membahas masalah Raka dan juga keputusan terakhir yang akan dipilih untuk Raka.

Naraya berdebar.

Bagaimana jika pada akhirnya dialah penjahat yang sesungguhnya, bagaimana jika pada akhirnya dialah yang kejam?.

Naraya mengerjap pelan, ia menata nafasnya agar kembali beraturan. Ini terlalu pagi untuk memikirkan hal seberat ini. Lalu suara langkah kaki terdengar mendekat, membuyarkan pikiran berat Naraya.

"Ayo Ra!" Sekala mengetuk pelan pintu kamar, membuat Naraya meraih tasnya buru-buru.

"Katanya hari ini mau agak siangan berangkatnya," Naraya mengikuti langkah Sekala menuruni tangga.

"Niatnya. Tapi tiba-tiba aja Diandra telfon katanya ada masalah proposal yang ga di setujui sama Kepsek," Sekala meraih dua lunch box yang ada di atas meja, lalu bergegas ke bagasi untuk mengeluarkan motor.

"Ohh."

"Neng kok buru-buru banget? Susunya ga di minum?" Bi Iin nampak kecewa ketika Sekala dengan sengaja tidak menyentuh susu dan roti panggang buatannya.

"Ga tahu Bi. Begitu deh, kelihatan banget kalau Sekala tuh anaknya Papa sama Mama," Naraya memilih duduk, menyeruput susu yang ada di atas meja daripada mengikuti langkah Sekala yang linglung.

"Ra!" Sekala sudah sampai di luar rumah, ia memanggil nama Naraya dengan suara melengking.

"Aduh berisik banget, Bibi tolong suruh dia duluan aja deh ga bisa aku disuruh buru-buru begini."

Bi Iin berlalu dan beberapa detik kemudian suara dengung motor Sekala terdengar menjauh.

"OSIS sih OSIS, ya tapi ga jam segini juga kali," Desis Naraya jengkel.

Naraya baru saja menggigit sisi roti tawar selai kacang yang dibuatkan Bi Iin saat kemudian terdengar motor lain yang memarkir. Perumahan Naraya adalah perumahan yang lumayan sepi, jadi sangat mudah membedakan suara motor masuk dan suara motor lewat di jalan.

Terdengar Bi Iin juga berbicara dengan entah siapa, sesekali ia nampak tertawa. Naraya enggan terlalu mempermasalahkan hal itu. Momen menyantap roti panggang buatan Bi Iin di meja makan adalah momen favorit yang tidak bisa diganggu.

"Neng," Suara Bi Iin terdengar mendekat. Naraya menoleh pelan, seperti biasa ia tidak bisa bersikap layaknya orang lain kepada Bi Iin. Asisten rumah tangga itu istimewa.

Judes but love 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang