(30) Hadiah Ulang Tahun Bervan

30 7 5
                                    

ෆ⁠╹⁠ ⁠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ෆ⁠╹⁠ ⁠.̮⁠ ⁠╹⁠ෆ




"Hah? Lo ga lagi ... " Bervan menoleh ke sisi kiri, kebetulan ia duduk di kursi yang berada di sudut kanan ruangan, tidak ada yang duduk di kursi yang sama dengannya, namun ia tetap menutup mulutnya lalu berbisik, " ... menstruasi, kan?"

Dan jawaban Naraya tidak membuatnya menjadi lebih tenang, ia gelagapan. Setelah menutup sambungan telponnya, Bervan segera menyeret langkahnya keluar dari pintu bioskop, ia mengingat sepanjang menuruni eskalator, dimana tempat terdekat ia bisa menemukan penampung darah berbahan kapas itu?

Mungkin ada satu, atau kalau Bervan beruntung dua.

Bervan berlari menuruni eskalator yang mulai sepi, ada beberapa toko yang sudah menutup rolling door, ia kembali memutar arah menuruni satu lantai lagi. Ada satu outlet besar yang mencuri perhatiannya. Sebelumnya Bervan sudah memasukinya, Naraya sempat mampir membeli casing dan Bervan terpaksa mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam outlet, ia melihat ada beberapa produk wanita di dalamnya, dan selama hampir lima belas menit di sana, Bervan mampu mengingat beberapa merk make up.

"Mbak, ada ... yang kalau buat orang berdarah?" Bervan menghampiri kasir pertama kali, suaranya tidak terbata hanya saja nafasnya seperti dipenggal-penggal.

Kasir bingung sekali dibuatnya, "Betadine?" Terkanya.

"Loh bukan, yang kalau buat cewek ... menstruasi," Bervan berbisik.

"Oh, iya ada. Lewat sini, kak."

Bervan baru saja melangkahkan kaki mengikuti namun fokusnya terbagi setelah dering ponselnya terasa bergetar di saku celana. Teteh menelponnya.
"Mas balik jam berapa? Bapak nanyain, katanya Mas Bervan susah banget ditelpon."

Ada desah berat yang Bervan lontarkan, ia baru saja sampai di rak pembalut wanita dan kasir yang tadi menemaninya telah pergi setelah mempersilahkannya memilih.
"Ayah ga perlu nungguin aku," Bervan mencoba mencari dengan gerakan mata, satu rak penuh berisi berbagai macam merk dan Bervan sama sekali tidak menanyakan pada Naraya, dia pakai merk apa.

"Mas Bervan gimana? Kan yang ulang tahun teh mas Bervan."

"Aku kan ga minta dirayain."

"Ibu udah masak banyak mas."

"Aku ga pernah nyuruh."

"Gusti mas," Pasti lelah sekali menjadi Teh Ning.

"Teh ... " Bervan menarik satu yang berwarna oranye, ada gambar wanita di sana, namun permasalahannya kali ini,
"Pembalut bersayap tuh, sayapnya buat apa sih?"

"Hah? Mas Bervan lagi ngapain?"

"Temen aku tiba-tiba menstruasi, dia ga bisa keluar dari kamar mandi. Teh Ning bisa bantuin aku ga? Aku hampir buta kayanya nyari perbedaannya, semuanya keliatan sama tapi juga keliatan beda," Keluh Bervan memijat matanya dengan ibu jari dan telunjuk.

Judes but love 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang