(22) Kebetulan?

27 9 0
                                    

(⁠ ⁠˶⁠ ⁠❛⁠ ⁠ꁞ⁠ ⁠❛⁠ ⁠˶⁠ ⁠)

Sekala mendecak kesal. Tubuhnya sudah ia ajak berkeliling mengitari seisi villa namun keberadaan Naraya sama sekali tidak teraba. Ia menjadi yang pertama kali sampai di ruang tengah, Diandra menyusul setelah menyisir area belakang dan lantai dua, Javero masih mencoba mengecek cctv di ruang keamanan namun ...

"Sialan, semua cctv-nya disini tiba-tiba ga merekam selama dua hari kemarin," Javero menyerah, semua layar komputer di depannya hanya menunjukkan tulisan No Signal.

"Jadi, kita macet-macetan semaleman itu ga guna?" Sekala membanting tubuhnya di sofa, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas.
"Ga ada Naraya, ga ada tanda-tanda orang disini. Gue ga lagi main-main, kalian ngerti ga sih?"

Suara Sekala melengking mengingat betapa besarnya ruangan tengah yang begitu rapi namun tidak ada penunggunya. Asisten yang disiapkan hanya bekerja di villa pada pagi hingga jam sembilan dan sore dari jam tiga sampai jam lima.

"Ga ada yang haha-hihi juga disini," Menyusul Sekala dan Diandra yang pasrah di atas sofa, Javero memegangi keningnya yang terasa tidak lagi mentolerir rasa pusing.

Harusnya Sekala marah atau apapun yang bisa membuatnya merasa sedikit lega atau sejenisnya, namun kali ini ia hanya menghela nafas berat, matanya yang biasanya tajam kini terpejam pasrah.
"Kenapa lo ga nyoba telfon asisten rumah tangga lo dulu sebelum menggiring gue jauh-jauh kesini?" Keluhnya dengan suara terlemah.

"Kalau gue bilang sorry, apa lo bisa buat ga memperpanjang masalah? Karena percuma kalau gue bilang semua asisten disini ga bisa gue hubungi dari kemarin tapi ujung-ujungnya lo ga akan percaya," Kata Javero berbelit namun memiliki inti tak ingin disalahkan.

"Kalian ga capek apa?" Diandra berdiri, jengah sekali dengan pertengkaran di depannya.
"Emang bawa gue tuh pilihan paling bener, yang begini aja kalian ga bisa simpulin."

"Intinya aja," Potong Sekala.

"Ada abu hangat di perapian, terus juga ada sisa roti yang kadaluarsanya masih empat hari lagi. Oh iya satu lagi, gue ngecek barusan kamar mandi di lantai dua basah dan bau sabun mandi," Detail Diandra menjelaskan namun dua orang di depannya nampak belum paham.

Harusnya Diandra tahu bukan bahwa dua cowok itu nyatanya memang agak kurang pintar dalam praktek kehidupan.

"Bisa aja kan bibi yang beli roti buat sarapan?" Javero yang mulai paham arah pembicaraan mulai berteori namun tetap saja teorinya salah.

"Tapi engga dengan mandi di kamar mandi di lantai dua juga, kan? Bukannya lantai satu juga ada? Oiya emang asisten lo gajinya berapa sampai bisa beli sabun mandi ini?" Diandra mengangsurkan botol sabun mandi dengan merk Jo Malone ke arah Javero, botol dengan desain sederhana yang harganya lumayan itu terlihat begitu familiar di matanya.

"Ini body wash favorite Bervan."

"By the way itu masih full, ya ... paling baru kepakai sekali," Tambah Diandra.

Damn?

*****

Meninggalkan keruhnya suasana villa yang menaungi tiga remaja putus asa itu, kali ini Bervan dengan rombongannya sendiri telah berhasil keluar dari tol yang lalu akan menuju ke rumahnya.

Mobil Hanung menjadi pilihan atas Tanu yang hendak tidur lebih panjang, dan Aretha yang merasa risi satu mobil dengan Naraya dan Bervan, sementara Naraya terjebak dengan pilihan balas budinya sendiri dan berakhir satu mobil berdua bersama Bervan untuk sekedar menjadi teman berbicara.

Judes but love 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang