***
Rei, merasa diawasi kedua pasang mata Elvina yang berdiri disampingnya. Ia lantas menoleh, membuat pandangan mata mereka saling beradu satu sama lain.
"Rei…" Elvina bergumam, suaranya mampu di dengarnya dengan sangat jelas.
Rei menatap Elvina dengan raut wajah bingung. Wanita itu terdiam tak bersua. Perlahan senyuman terangkat bersamaan dengan matanya yang terus bergerak menatap Rei dari atas sampai bawah. Setelah beberapa saat terdiam, Elvina bergerak cepat memeluk tubuhnya hingga membuat Rei nyaris terjatuh.
"Rei, ini benar-benar dirimu, 'kan? Ini bukan mimpi, 'kan?" Elvina memastikan ini bukan halusinasinya. Wanita itu mengencangkan pelukannya hingga Rei kesulitan bernafas. Air mata Elvina pecah seketika dalam pelukannya.
Rei termangu. Otaknya masih berusaha memproses setiap kejadian yang sedang terjadi. Ia tak mengerti siapa wanita yang kini memeluknya itu atau alasan kenapa dia menangis dalam pelukannya.
Elvina melerai pelukan. Ia mendongakkan kepala menatap wajah Rei yang berada tepat dihadapannya. Rei dapat melihat kedua mata Elvina yang berbinar memandangnya.
"Darimana saja kau selama ini? Lama sekali kau pergi. Apakah kau tidak tahu, kalau aku sangat merindukanmu? Apakah kau juga tidak merindukanku?"
Tangan Elvina terulur memegang kedua pipi Rei. Sentuhan itu nyata. Elvina benar-benar tidak sedang bermimpi.
Sementara Elvina terlihat begitu senang, beda halnya dengan Rei yang merasakan setruman arus listrik kecil begitu permukaan kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain untuk pertama kalinya.
Apa ini? Kenapa aku merasakan setruman kecil saat kita saling bersentuhan? Ini belum pernah terjadi sebelumnya, padaku. Batin Rei.
"Darimana saja kau selama ini? Kau pergi kemana? Kenapa kau tidak pernah menghubungi aku, atau Will? Kenapa?" Elvina kembali mengajukan pertanyaan. Tapi diantara semua tanya yang bermunculan di benaknya, Rei sama sekali tak menjawab satupun.
Alih-alih menjawab, Rei malah tampak bingung. Elvina mulai merasa ada yang tidak beres, ia mengguncang butuhnya untuk memastikan.
"Rei? Ada apa? Kenapa kau diam saja?"
"Kau… siapa?" hanya kata itu, yang mampu keluar dari mulutnya. Elvina membelalakkan mata. Ia benar-benar terkejut dengan pertanyaan yang baru terlontar dari mulutnya.
"K… kau tidak ingat denganku? Ini aku, Elvina. Sepupumu," ucapnya.
Rei terdiam berusaha mengingat nama itu. Tetapi, tidak ada sedikitpun reaksi terhadap otaknya terkait namanya.
"Aku… tidak ingat," ujar Rei.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa melupakan aku? Apakah kau kecelakaan hingga hilang ingatan, atau terjadi sesuatu yang membuatmu tidak bisa mengingatku? Astaga Rei, jangan membuatku cemas," Elvina berubah panik. Ia membolak-balik tubuh Rei seraya terus menatapnya dari atas sampai bawah. Tidak ada sedikitpun lecet ditubuhnya.
"Apakah kita saling kenal sebelumnya?"
"Lebih dari saling mengenal. Kita ini sepupu, dan kita sangat dekat sejak kecil. Satu tahun yang lalu… kau menghilang. Aku dan Will, berusaha mencarimu. Tapi, kami tidak bisa menemukanmu. Sampai-sampai kami mengira, kau sudah meninggal. Aku bahkan sampai tidak bisa menjalani kehidupanku dengan baik. Aku selalu berharap kau kembali. Aku selalu berharap kau hadir di sini. Di tempat kita saling berjumpa. Setiap pulang bekerja, aku selalu kemari, dan berdoa. Berharap kau pulang dengan selamat. Dan tampaknya… tuhan mengabulkan doaku. Sekarang kau berdiri tepat di hadapanku," Elvina tidak bisa membendung rasa senang yang kini menjalar dihatinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure In The Dark
Fantasy[SERIES 1 - Part A] "Adventure In The Dark" "Apa yang tampak dari luar terkadang berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam." *** Rei Adhitama Arion, mengembara selama satu tahun lamanya guna mencari jati diri dan ingatannya yang hilang. Pencariannya...