[SERIES 1 - Part A]
"Adventure In The Dark"
"Apa yang tampak dari luar terkadang berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam."
***
Rei Adhitama Arion, mengembara selama satu tahun lamanya guna mencari jati diri dan ingatannya yang hilang.
Pencariannya...
"Lupakan saja dan menyerahlah. Kau sudah kami kepung, dan kau takkan bisa melarikan diri dariku!" Melinda berjalan perlahan menuju William.
William berjalan mundur saat mereka semua mengepungnya secara perlahan-lahan. Ia terus melangkah hingga benar-benar terpojok.
William berusaha mencari cara agar bisa lagi, namun sialnya mereka selalu bisa menghadang jalannya.
"Menyerahlah!" Melinda menarik senyum. William menatap setiap orang dihadapannya secara bergantian.
Aku tidak boleh menyerah begitu saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*
Joe bangun tertatih. Tenaganya belum benar-benar pulih sepenuhnya, setidaknya ia mendapatkan kesadarannya kembali dan tenaganya telah kembali perlahan-lahan.
Ia berjalan dengan tergopoh-gopoh menghampiri kedua anak buahnya yang terkapar tak sadarkan diri di sana.
Aku gagal menangkap Elvina lagi, tapi setidaknya aku berhasil membuatnya masuk dalam jebakanku, batinnya.
Joe menghampiri keduanya. Ia melepaskan harum suntik yang tertancap pada paha salah satu rekannya, lalu membantu rekannya yang lain untuk bebas dari tanaman yang merambat tubuhnya.
Joe meminta bantuan pada evolver lain lewat telecosys miliknya. Mereka segera datang guna membawa Joe dan yang lainnya kembali ke laboratorium.
Sekarang kita lihat seberapa besar kemampuanmu, nak. Joe menggerakkan kedua tangannya, menghempasnya pelan hingga waktu kembali berputar dan keadaan kembali seperti sedia kala. Setiap kerusakan yang telah ia sebabkan, tiba-tiba lenyap dan kembali seperti sebelumnya.
Tidak ada yang pernah menyadari bahwa ada kerusakan besar yang terjadi hari itu, selain para evolver dan penghuni di daerah yang letaknya jauh dari tempat itu.
*
"Elvina." Rei memanggilnya lagi, ia menepuk-nepuk pipi wanita yang menjadi sepupunya itu berharap dia sadar. Elvina mengerjap. Ia tampak merespon panggilannya kali ini.
Wanita itu membuka matanya secara perlahan. Kabur. Pandangannya mengabur sampai ia berkedip beberapa kali, akhirnya ia dapat dengan jelas melihat Rei yang diam dan menatapnya dengan raut wajah cemas.
"Rei…" Elvina berucap lirih. Ia membuka matanya lebih lebar lagi.
"Syukurlah akhirnya kau sadar." Rei menghela napas lega, ia tersenyum simpul melihat sepupunya pada akhirnya membuka mata.
"Dimana kita?" Elvina mengedarkan pandangannya.
"Kita berada di rumah, aku membawamu kemari setelah Joe akhirnya tak sadarkan diri."
"Joe?" Elvina mengulang kalimatnya, ia mengerutkan keningnya berusaha mengingat.
Elvina bangun spontan saat ingat apa yang terjadi sebelum dirinya tak sadarkan diri.
"Astaga benar, kau baik-baik saja? Apakah kau sakit? Kau tadi melindungiku dari serangan Joe." Elvina cemas bukan main dengan keadaan sepupunya itu.
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas. Lebih baik kau tenangkan dirimu, dan pulihkan tenagamu. Kau baru saja sadar."
"Kau yakin? Kekuatan Joe tadi sangat kuat, dan kau melindungi tubuhku dengan punggungmu. Biar aku cek keadaanmu, berbalik!" Elvina meminta Rei untuk membalikkan tubuhnya.
"Aku sungguh baik-baik saja." Rei berusaha membuatnya tenang.
"Tidak, aku harus mengeceknya! Sekarang buka bajumu dan biar aku lihat lukanya, biar aku tahu seberapa parah."
Rei menghela napasnya pelan. Elvina tidak akan percaya dengannya sebelum ia memperlihatkannya secara langsung.
Rei membuka seragam putih yang membalut tubuhnya dan berbalik memperlihatkan punggungnya.
"Lihat? Aku baik-baik saja. Jadi kau tidak perlu cemas."
Elvina terdiam, ia heran. Punggungnya mulus tanpa lecet sedikitpun, padahal Elvina jelas-jelas ingat betul kalau Rei melindunginya dengan punggungnya.