Tragedy 189 - Kolam renang

2 3 0
                                    

***

Melinda terus melangkah mencari keberadaan William yang seharusnya berada di lapangan sepak bola. Menurut yang didengarnya, lelaki itu seharusnya tengah berlatih sepak bola dengan timnya di gedung tersebut.

Tapi terlalu banyak jalan, dan ruangan yang membuatnya benar-benar kebingungan. Beberapa kali Melinda salah masuk dan malah membuatnya tersesat.

"Mungkin yang satu ini," ucapnya pelan sembari melangkah masuk ke salah satu ruangan. Ia berjalan hingga tiba di lorong, Melinda sempat berpapasan dengan beberapa pemuda berusia sekitar tujuh belas tahunan, berjalan dengan mengenakan celana pendek ketat dan tubuhnya berbalutkan jaket.

Mereka membawa handuk kecil dipundak mereka.

"Sepertinya bukan di sini. Tapi ini tempat apa?" Melinda memonolog. Ia melangkah semakin ke dalam hingga tiba di ruangan dimana semua orang berkumpul.

Melinda diam terpaku ditempatnya. Matanya membuat melihat pemandangan indah dihadapannya. Sekelompok remaja laki-laki dengan tubuh indah nan seksi, dan tinggi. Berkumpul hanya dengan mengenakan celana pendek ketat di sana.

Glup!
Melinda menelan saliva-nya susah payah. Deru jantungnya berdebar lebih kencang, dengan napasnya yang mulai terasa berat menyaksikan mereka semua.

Air liurnya nyaris saja menetes melihat tubuh seksi mereka mengkilap karena air yang menetes membasahi tubuhnya.

Dirinya berada di kolam renang, tempat dimana pada penggila olahraga renang berkumpul dan berlatih bersama.

Bagi pria-pria di sana, kolam itu adalah tempat mereka berlatih, tapi bagi Melinda, kolam itu adalah surga. Bayangkan saja ada berapa banyak pria seksi nan tampan yang kini memamerkan tubuhnya di dalam air sana.

"Mereka semua begitu seksi, santapan yang sangat nikmat. Tubuhku sampai kepanasan hanya karena melihat air menetes di antara otot perut mereka." Lagi. Melinda menelan saliva-nya berulang kali.

"Argh! Ini bukan saatnya untuk mencari hidangan untuk memuaskan hasratmu, Melinda! Fokus dengan pekerjaanmu!" Melinda menggelengkan kepalanya pelan, ia berusaha menjernihkan pikirannya yang mulai keruh begitu melihat mereka semua.

Bergegas Melinda melangkah menuju pintu keluar sebelum dirinya kehilangan akal sehatnya dan kehilangan fokusnya hanya karena terbuai oleh kemolekan tubuh mereka.

Bergegas Melinda melangkah menuju pintu keluar sebelum dirinya kehilangan akal sehatnya dan kehilangan fokusnya hanya karena terbuai oleh kemolekan tubuh mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

"Oke, aku rasa cukup untuk hari ini. Ayo kita beres-beres setelah itu pulang," ucap William pada seluruh anggota timnya.

"Baik," jawab mereka serentak. Mereka semua bergerak menuju tepi dengan tubuh yang dipenuhi dengan keringat. Mereka menghampiri tempat dimana mereka menaruh tasnya.

Beberapa orang teman William berpamitan untuk pulang duluan, mereka lantas beranjak dari sana dan menyisakan William bersama dengan kedua teman dekatnya sejak ia pindah sekolah.

William meraih botol minum miliknya, membuka lantas meneguknya hingga tersisa setengah.

"Latihan hari ini benar-benar menguras energiku, bagaimana kalau setelah ini kita pergi makan bersama? Kita isi tenaga sebelum pulang." Calvin, lelaki tinggi dengan wajah paling tampan itu mengusulkan.

"Ide yang bagus! Aku juga lapar setelah latihan ini," sahut Jack, lelaki yang memiliki hobi makan tapi tubuhnya tak pernah gemuk.

"Kita makan dimana?" tanya William yang kemudian menutup botol minumnya. Ia mengusap bibirnya dengan punggung tangannya hingga kering.

"Ada salah satu restoran enak di sini. Letaknya tak jauh, hanya terhalang oleh beberapa bangunan saja, selain itu tempatnya ada di dekat jalan," kata Jack.

"Oke, kalau begitu ayo mampir dulu ke sana dan kita makan setelah baru pulang." William menyetujui ajakannya.

***

Adventure In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang