Tragedy 10 - Hal yang benar

3 3 0
                                    

***

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya William pada Elvina. Kini mereka berdua berada di dalam ruang dapur, berada jauh dari tempat dimana Rei berada.

"Aku juga tidak tahu pastinya apa yang terjadi. Tapi, saat pertama kali aku bertemu dengannya… dia juga sudah tidak mengenaliku."

"Apa? Itu artinya, bukan hanya aku saja?"

"Iya. Sepertinya, Rei mengalami amnesia yang membuat ingatannya tentang kita, menghilang."

"Amnesia?" Ulang William. Elvina mengangguk pelan.

Di sisi lain, Rei yang sejak tadi terdiam, bisa dengan sangat jelas mendengarkan pembicaraan mereka. Entah kenapa tapi telinganya mampu mendengar suara bisik-bisik mereka.

Aku… amnesia? Tapi, kenapa bisa? Apa yang terjadi denganku sampai aku amnesia? Rei membatin. Ia menundukkan kepalanya, terdiam dengan penuh tanya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" William menaikkan sebelah alisnya.

"Rei masih ragu dengan kita. Rencananya aku ingin memintanya untuk tinggal di sini. Kita bantu dia mengingat masa lalunya, selain itu… aku juga akan mencaritahu apakah dia benar-benar amnesia atau tidak," jelas Elvina.

"Aku setuju denganmu."

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Joe membuka kedua matanya. Tubuhnya masih terasa lemah. Tapi, ia dapat merasakan kalau energinya perlahan mulai pulih kembali.

Rasa haus yang menghampiri tenggorokannya membuat Joe berusaha bangun untuk meraih gelas yang berada di atas meja nakes dekat ranjang tidurnya.

Tangannya terulur untuk meraihnya. Tetapi, alih-alih meraihnya. Joe malah secara tidak sengaja menyenggolnya hingga gelas itu jatuh dari tempatnya.

Gelas itu mendadak berhenti jatuh. Benda itu melayang di udara. Joe yang menyadari itu bukan ulahnya, lalu beralih fokus ke arah pintu masuk, dan mendapati Derek berdiri di sana dengan tangan membuat gesture seakan-akan bisa mengontrol semua pergerakan benda-benda di sekitarnya hanya dengan gerakan tangannya.

Derek mengangkat kedua jarinya yang digunakan untuk menahan gelas itu jatuh. Ia mengangkat gelasnya dan menaruh benda itu kembali ke atas meja tanpa meninggalkan sedikitpun sidik jarinya.

Derek menghampiri Joe. Tangannya kembali ia gerakkan membuat teko berisi air hangat yang ia siapkan itu melayang dan menuangkan isinya ke dalam gelas yang tadi nyaris terjatuh.

Derek menyodorkan gelas itu ke arah Joe yang masih terbaring. Joe menatapnya sekilas sebelum kemudian meraih gelas itu dan meneguk isinya hingga habis.

Derek duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lekat lelaki yang menjadi kakaknya tersebut.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya dengan suara tenang.

Joe menaruh gelasnya ke atas meja. "Maksudmu?" Joe balas melontarkan tanya.

"Maksudku, apa yang terjadi denganmu sampai tubuhmu terluka parah seperti ini? Apakah kau bertarung lagi dengan wanita itu? Kau masih menerima perintah dari profesor untuk menangkapnya?"

"Itu bukan urusanmu. Berhenti untuk ikut campur dengan urusanku." Joe memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia benci kalau adiknya mulai menanyakan mengenai hal ini.

"Tentu ini urusanku. Kau adalah kakakku, dan kaulah satu-satunya keluarga yang aku miliki di dunia ini. Kalau terjadi sesuatu yang membuat nyawamu terancam, maka aku tidak akan bisa menjalani hidupku."

"Tapi, aku tidak suka ketika kau terus ikut campur dalam urusanku. Lagipula aku melakukan ini agar tuan dan profesor tidak curiga denganmu. Aku lakukan ini untuk melindungimu juga."

"Tidak perlu. Aku tidak takut dihukum. Karena apa yang aku lakukan adalah hal yang benar."

***

Adventure In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang