Tragedy 7 - William

4 3 0
                                    

***

Rasakan ini… Elvina menggerakkan kedua tangannya, mendorong seluruh kekuatannya ke arah Joe yang langsung membuat pria itu terpental jauh darinya.

Joe terlempar tinggi di udara. Tidak selesai di sana, Elvina kembali menyerangnya bertubi-tubi hingga membuat Joe tak bisa melawan sama sekali.

Brukk!
Joe tersungkur jatuh di tanah. Tubuhnya hilang dari pandangan Elvina. Ia jatuh diantara semak-semak dan kepulan asap yang tak hilang sejak tadi.

Elvina terengah-engah. Seluruh energinya terkuras habis, dan hanya tersisa sedikit lagi.

Aku harus cepat-cepat pergi dari sini! Elvina menoleh ke arah Rei, ia cepat-cepat menghampiri lelaki yang sejak tadi terdiam menyaksikan semuanya itu.

Elvina menarik tangannya cepat. "Kita harus pergi dari sini sebelum dia bangun," katanya.

Rei terseret dibelakangnya. "A… aku membawa motor," ucap Rei. Elvina spontan berhenti.

"Bagus, ayo gunakan untuk pergi dari sini!"

Rei segera membawa Elvina ke tempat dimana ia memarkirkan motornya. Setelah menemukan motor sport dengan warna biru hitam yang serupa dengan tasnya, mereka berdua segera naik dan menyalakan motornya.

Rei awalnya ragu motornya akan menyala pasalnya keadaan sekelilingnya membeku tak bergerak sedikitpun. Tapi setelah ia mencobanya, ternyata bisa bergerak.

"Kita pergi ke rumahku, akan aku tunjukkan jalannya," ucap Elvina yang terduduk di jok belakang.

Tidak banyak bicara, Rei segera menjalankan motornya pergi dari sana. Meninggalkan Joe yang terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri diantara kekacauan yang terjadi.

 Meninggalkan Joe yang terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri diantara kekacauan yang terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

"Kenapa dia belum juga pulang sampai jam segini? Membuatku cemas saja." Marva William Kaili. Remaja kelas tiga SMP. Terus berjalan mondar-mandir di ruang keluarga dengan wajah cemas. Kakaknya, Elvina Tarissa. Tak kunjung pulang padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul enam sore. Tidak biasanya wanita itu pulang terlambat apalagi tanpa kabar.

Kalaupun ia lembur, Elvina pasti mengabari. Namun, ini? Sama sekali tidak ada kabar dari kakak perempuannya itu.

William cemas, apalagi di ibukota tempat mereka tinggal ini. Mereka hanya tinggal berdua jauh dari kedua orangtua yang tinggal di luar kota.

Beberapa tahun silam, Elvina harus tinggal terpisah dengan orangtuanya karena alasan pekerjaan. Tempat tinggal orangtuanya terlalu jauh dari kantornya. Akan sangat memakan waktu diperjalanan kalau dirinya harus pulang pergi dari kota yang satu ke kota yang lain walau hanya untuk bekerja.

Setelah tahu kepindahannya. William memutuskan untuk ikut, dengan alasan menemani kakaknya dan memastikan ia hidup dengan nyaman walau jauh dari orangtua. Selain itu, ada alasan lain mengapa William memutuskan ikut dengan Elvina dan pindah dari sekolah lamanya ke sekolahnya sekarang.

"Apa aku lebih baik coba telpon dia lagi?" William menatap ponsel pintarnya. Ia segera menyalakan benda itu dan bergegas melakukan panggilan telpon ke nomor Elvina.

Bunyi 'tuut…' panjang, kembali terdengar. William mendengus kesal. Sudah puluhan kali. Namun, masih tidak ada jawaban.

Ia semakin tidak tenang. "Ada yang tidak beres." William cepat-cepat melangkah keluar hendak mencari Elvina yang tak kunjung pulang. Ia takut terjadi sesuatu dengan kakak satu-satunya itu.

William berlari keluar rumah. Langkahnya seketika terhenti begitu ia tiba diluar, dan mendapati sebuah motor sport melaju menghampiri pekarangan rumah mereka.

William terdiam ditempatnya, kedua matanya menatap sosok tak asing yang kini turun perlahan dari motor tersebut.

"El…"

***

Adventure In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang