uno

2K 180 6
                                    

DRAP ...

DRAP ...

DRAP ...

Langkah kaki yang saling bersahut-sahutan menuruni anak tangga menjadi awal hari di pagi yang cerah. Serta suara bising dari mulut ke mulut mengganggu kegiatan Win-win yang sedang memasak di dapur.

"BABA! JAEMIN MENGHILANGKAN KAOS KAKIKU LAGI!"

"ENAK SAJA! AKU TIDAK MELAKUKANNYA!"

"IYA, KAU MELAKUKANYA! SIAPA LAGI YANG SERING MENGUSILI KU?"

"KENAPA KAU SELALU MENUDUHKU? BISA SAJA ITU SHOTARO ATAU KAK XIAOJUN!"

"MEREKA-"

BRAK ...!!!

Pertengkaran dua anak itu pun terhenti, saat dilihatnya sang Baba tengah menatap mereka dengan senyum menyeramkan. "Bisa berhenti berteriak, dan makan sarapan kalian? Agar tidak terlambat ke sekolah."

Nakamoto Jaemin, dan Nakamoto Renjun. Cepat-cepat duduk di kursi masing-masing.

Membalik piring di atas meja lalu menyendokkan nasi goreng, sebagai menu sarapan pagi. Win-win tersenyum lembut, diusapnya surai kecokelatan Renjun dan Jaemin.

"Baba menyeramkan," celetuk Jaemin dengan suara berbisik. Netra beningnya menatap pundak sempit sang Baba.

"Makanya, jangan membuat keributan di pagi hari kalau tidak mau kena omelan Baba," jawab si sulung. Nakamoto Xiaojun.

Xiaojun bicara tepat di samping telinga Jaemin, mengakibatkan anak itu terlonjak hingga nasi di sendok berhamburan berantakan. Xiaojun terkekeh atas kejahilannya, ia duduk berhadapan dengan Jaemin yang sedang memunguti butiran nasi lalu dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Itu kan, kotor Kak! Jangan dimakan lagi!" tegur si bungsu, Nakamoto Shotaro. Yang memang sejak tadi sudah duduk anteng di kursinya.

"Tidak apa-apa, vitamin pagi," jawab Jaemin acuh.

Shotaro mendelik dengan bibir mengerucut, Renjun yang melihat bibir Adiknya manyun segera menepuknya dengan sendok. "Tidak usah begitu, cepat habiskan makanannya. Nanti aku tidak mau mengantarmu karena lama mengunyah."

Mendapat perlakuan kasar -menurut Shotaro- dari Kakaknya makin-makin membuat Shotaro mencembik kesal. "Taro sudah selesai dari tadi! Kak Renjun saja yang lama, wle!" lidah Shotaro terjulur meledek Renjun, kemudian berlari kearah ruang keluarga untuk memakai sepatunya.

Renjun berdecih pelan, kemudian melanjutkan memakan sarapannya. Setelah Shotaro pergi datanglah si kepala keluarga, Nakamoto Yuta.

Dengan jas maroon membalut tubuh atletisnya, serta tatanan rambut yang membuatnya semakin berkarisma. "Yuta, sarapan mu," panggil Win-win dengan suara pelan yang lembut.

Yuta menatap Win-win sejenak, kemudian bola matanya dialihkan untuk menatap ketiga anaknya yang duduk di kursi menikmati sarapan pagi. "Dimana Shotaro?" tanya Yuta, seraya duduk di kursi yang menghadap pada anak-anaknya.

"Shotaro sudah selesai sarapan, dan tadi dia berlari kearah ruang keluarga. Mungkin memakai sepatunya," jawab Win-win. Tangan pucatnya cekatan menyendok nasi di mangkuk ke dalam piring Yuta.

Yuta mengangguk, tidak lagi mengajukan pertanyaan. Apalagi sekedar menanyai kabar anak-anaknya.

Setelah itu hening melingkupi, Win-win berdiri di samping Yuta tanpa berniat duduk di sebelahnya dan ikut sarapan. Ketiga saudara di sana menatap Babanya heran, walaupun setiap jamuan makan selalu seperti ini. Tapi, tetap saja ketiganya merasa aneh.

Ingin bertanya mengapa Win-win tidak pernah ikut makan bersama mereka, namun takut ketika Yuta lah yang menyahut dengan nada dingin. Hingga keheningan mereka terpecah ketika suara nyaring Shotaro memenuhi ruang makan.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang