de diecisiete

876 101 20
                                    

Xiaojun melamun, jam sudah menunjukkan angka sepuluh. Namun, pemuda manis itu tidak ada tanda-tanda akan pulang.

Dia semakin merapatkan jaketnya Mark di tubuhnya, udara semakin dingin terasa sampai ke tulang-tulang. Masih di tempat yang sama, yakni jembatan yang di bawahnya terdapat sungai, Xiaojun duduk menyandar pada pembatas dengan kepala menunduk.

"Ini." Sebuah cup cokelat panas yang mengepulkan asap berada di depan wajahnya. Xiaojun menoleh, dan menemukan pemuda tadi sudah duduk di sampingnya.

Awalnya ia kira dia sudah pergi pulang, tapi ternyata dia membelikannya cokelat panas. Xiaojun mengambil cup cokelat panasnya, tidak bisa menolak karena memang dingin, dan satu cup cokelat panas pasti bisa menghangatkan tubuhnya.

"Arigato," ucap Xiaojun lirih. Orang di sebelahnya hanya mengangguk, lalu menyesap sedikit cokelat panas miliknya.

"Kamu tidak pulang, Cinderella?" kening Xiaojun mengernyit dalam, tidak senang akan panggilan aneh yang diberikan.

"Namaku Xiaojun, bukan Cinderella!" meskipun suaranya bergetar kedinginan, tapi Xiaojun tetap berujar jengkel sekeras yang ia bisa. Kekesalannya Xiaojun dibalas tertawaan si pemuda, Xiaojun sampai heran orang ini benar-benar gila atau selera humornya yang aneh.

"Jadi kau mengajakku berkenalan? So cute!"

"Apa? Tidak! Aku tidak suka kamu memanggilku seperti itu! Dasar aneh!"

"Hahaha, baiklah. Karena kamu sudah memberitahu namamu, maka aku akan memberitahu namaku."

"Tidak, terima kasih."

"Namaku Hendery, nice to meet you Xiao-Chan."

BUGH!

Xiaojun langsung memukul punggung pemuda bernama Hendery itu, sangat kencang sampai si empunya meringis. Tatapan Xiaojun sejak awal kedatangannya tidak pernah berubah, selalu tajam dan ekspresinya dibuat semakin kesal.

"Jangan panggil aku seperti itu! Kau benar-benar menyebalkan!"

"Kau lucu, aku jadi gemas ingin menggoda mu terus."

"Dasar bocah! Jaga sopan santun mu pada yang lebih tua!"

"Hoho, yang aku lihat tidak begitu."

"Apa?"

"Berapa usiamu?"

"Kepo sekali!"

"Aawww, kau sangat lucu!" tanpa memperdulikan aura permusuhan dari Xiaojun, Hendery tetap berani untuk menangkup pipinya kemudian dicubit benda kenyal di sana.

Xiaojun meringis, pipinya terasa kebas karena Hendery tidak main-main dengan cubitannya. Tangan putihnya memegang tangan Hendery, memaksa lepas dari wajahnya yang benar-benar terasa sakit.

"Ish! Kau apa-apa, sih? Sakit tahu!" bibirnya cemberut tanpa disadari, Hendery yang melihat itu langsung menundukkan wajahnya dengan wajah memerah.

Tidak menduga wajah keras yang sejak tadi ia lihat bisa berubah menjadi sangat manis dan menggemaskan hanya karena Xiaojun melemaskan sedikit otot-otot wajahnya. Jika Xiaojun berekspresi seperti ini terus, Hendery tidak bisa menahan dirinya. Rasa ingin melindungi juga mendapatkannya akan membludak tinggi.

Mungkin memang benar awal pertemuan mereka sangat tidak menyenangkan, Hendery dengan lancang masuk ke dalam mobil Xiaojun kemudian mengendari mobilnya kesetanan. Dan ia mencium Xiaojun tanpa permisi, pantas saja Xiaojun begitu tidak suka melihat keberadaannya.

Tapi, tidak dapat Hendery pungkiri bahwa ia tertarik pada Xiaojun. Terlebih insiden yang dengan nekat ia terjun ke sungai dengan sepatu putih milik Xiaojun melayang mengenai kepalanya. Sampai saat ini Hendery masih menyimpan sepatu itu di dalam kamarnya.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang