veintitres

837 96 16
                                    

vote dulu, baru komen!
berikan feedback yg baik, yes







Sekarang hanya ada Yuta dan Winwin, Chris juga tunangannya Seungmin sudah pulang satu jam yang lalu. Dan selama satu jam itu keduanya hanya saling diam, langit diluar sudah gelap dengan bulan menerangi.

Winwin berdiri di depan jendela besar, tepat di belakang meja kerja Yuta. Yang mana si pemilik kembali sibuk mengurus berkas-berkas bertumpuk.

Melihat bulan yang cerah setengah, Winwin sangat merasa cemas. Dua minggu lagi hari ulang tahun Jaemin, dan itu adalah waktu anaknya menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Melihat Jaemin mengalami hal sulit ini, membuat Winwin berpikir siapa lagi anaknya yang memiliki takdir sama?

Xiaojun tentu tidak dihitung, dia sudah berusia sembilan belas tahun. Winwin sedikit beruntung karena anak tertuanya tidak ditakdirkan menjadi Vampir. Karena saat Xiaojun berusia tujuh belas tahun, Yuta membuatnya sibuk dengan menuruti setiap perintahnya.

Trak!

Suara laci terbuka mengalihkan perhatiannya, bisa ia lihat Yuta berada di barisan lemari kaca berisi banyak folder. Dia sudah tidak duduk diam membolak-balik kertas, tapi sekarang dia berdiri dengan membaca satu map berwarna biru.

Benar, tentang mereka yang bersitegang setelah kejadian di Rumah Sakit. Yuta mengabaikannya, menjauhinya, dan selalu menjaga jarak saat bertemu di rumah.

"Apa dia tidak mau meminta maaf? Apa harus aku yang melakukannya?" batin Winwin nelangsa, ia inginnya Yuta yang bertindak duluan. Winwin ingin Yuta mengalah padanya walaupun sekali, tapi sepertinya hal itu sulit dilakukan oleh manusia dengan gengsi tinggi.

Disisi lain Yuta tengah memikirkan hal yang sama, dia bertarung batin sampai-sampai sulit berkonsentrasi. Ia memilih berpindah tempat karena kepalanya seperti akan meledak jika terus disodorkan tulisan-tulisan di atas kertas.

Terlebih kepalanya diisi dengan hal diluar pekerjaan, kepala dan hatinya terus mendorongnya pada sesuatu bertentangan. Hatinya menyuruh untuk meminta maaf, karena ia yang salah, sedangkan kepalanya menolak dan mengatakan untuk mempertahankan harga diri.

Pada akhirnya Hatinya lah yang menang, Yuta menutup map birunya lalu ia masukkan lagi ke dalam lemari kaca. Ia harus meminta maaf, walaupun sulit dilakukan dan diucapkan, tapi Yuta tetap harus melakukannya.

Grep!

Bertepatan ketika lemari kaca tertutup, sebuah pelukan pelan ia rasakan. Winwin melingkarkan tangannya di perut Yuta, menyandarkan dahinya di punggung tegap si pria Yakuza.

"Maafkan aku, aku minta maaf, Yuta. Jangan menghindar dariku lagi." Air mata menggenang di pelupuk mata, jika Winwin berkedip cairan bening itu akan jatuh menetes.

"Maaf Yuta."

BRAK!

Yuta membanting pintu lemari kacanya, sehingga kaca itu retak saking kuatnya Yuta menutupnya. Ia membalikkan tubuhnya cepat, meraup bibir Winwin yang basah dan langsung melumatnya dalam.

Tangannya menangkup wajah Winwin, kepalanya miring ke kiri mencari kenikmatan pada ciumannya. Winwin melemah, matanya meredup diiringi air mata yang mengalir perlahan.

Tangannya terangkat, melingkar apik di leher Yuta. Jemari Yuta mengusap pipi basah Winwin, kemudian tangannya turun ke pinggang ramping Vampirnya. Menarik Winwin lebih dekat padanya dan semakin memperdalam ciuman mereka.

"Haah-haah!" napas yang memburu, keduanya menghirup rakus udara yang hilang. Tapi, kemudian Winwin berjinjit untuk menempelkan bibirnya dengan bibir Yuta lagi.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang