ocho

1K 103 7
                                    

Winwin berjalan turun di anak tangga, langkahnya pelan. Pandangannya kosong, pikirannya tertuju pada anak-anaknya di rumah.

"Hei, Willie! Apa kau sakit?" seseorang bertanya dari bawah. Winwin mengulirkan pandangannya kearah sana.

Melangkah sedikit cepat di anak tangga, Winwin memberikan senyum tipis dibibir pucatnya. "Aku sudah baik-baik saja."

"Ingin makan? Kebetulan aku belum makan siang, jadi, bagaimana kalau kita makan bersama?"

"Ide bagus, baiklah aku ikut denganmu."

"Oke, tunggu sebentar, ya. Aku meletakan botol-botol ini dulu."

"Iya." Setelah Winwin menjawab, seseorang itu melangkah kearah bar. Memberikan empat botol beralkohol pada Jungwoo.

"Kau mau kemana?" Jungwoo bertanya sembari mengambil botol yang disodorkan.

"Lunch with Willie. Want to join?"

"Boleh?"

"Tentu saja, kalau kau ikut pasti lebih menyenangkan."

"Baiklah, kau dan Willie tunggu diluar Casino saja. Sebentar lagi aku menyusul."

"Oke," dia melangkah. Kembali pada Winwin yang lagi-lagi memasang wajah kosong.

"Willie! Kau yakin tidak sakit?" Winwin tersentak kecil, diulas nya senyum kecil memberitahu kalau dirinya baik-baik saja.

"Tidak, Rose. Aku baik-baik saja, hanya ... Ada sesuatu yang aku pikirkan." Rose mengangguk, lalu menuntun Winwin berjalan pada pintu besar Casino.

Hari sudah sangat siang, Casino tutup di siang hari. Akan buka kembali saat malam datang.

Keduanya berdiri di depan gedung Casino, Winwin mengernyitkan mata dan mundur hingga ia berdiri di tempat teduh terhindar dari sinar matahari. Rose menyadari pergerakan Winwin, menatapnya menyelidik dan menemukan kulit putih Winwin menjadi merah terbakar.

"Kau tidak apa-apa, Willie? Kulitmu kenapa jadi seperti itu?"

"Ah, em ... Itu, ini ... Aku tidak bisa terkena sinar matahari langsung, kulitku sensitif. Jadi akan memerah seperti ini kalau terkena sinar matahari," bohong Winwin. Nyatanya ia kesakitan karena kulitnya terbakar.

"Ah, begitu. Apa menyakitkan?"

"Eum, iya. Kulitku jadi panas."

"Hei, ayo pergi. Aku sudah selesai." Jungwoo tiba, dengan jaket hitam membungkus tubuhnya.

"Eh, ada apa?" tanya Jungwoo terheran melihat Winwin yang seperti menghindari cahaya matahari.

"Willie tidak bisa terkena sinar matahari, kulitnya akan terbakar dan memerah. Apa bisa kamu pinjamkan jaketnya pada Willie?" Rose yang bicara, karena Winwin hanya diam saja.

"Oh begitu. Baiklah," jaketnya ia lepas, kemudian disodorkan pada Winwin. "Ini, pakai saja jaketnya."

"Terima kasih." Winwin mengambil jaket Jungwoo, dan segera ia pakai.

Setelah Winwin memakai jaketnya baru mereka bertiga berjalan beriringan ke sebuah cafe langganan Rose. Winwin berjalan agak menjauh, ia berjalan di atas bayangan gedung, sebisa mungkin tidak terus berada di bawah sinar matahari.

Baik Rose maupun Jungwoo tidak merasa curiga atau terheran lagi, karena sudah mengetahui alasannya mereka jadi lebih merasa kasihan.

"Menurutku orang-orang seperti Willie pasti merasa tersiksa," ujar Jungwoo. Netranya menatap Winwin yang badannya menempel pada tembok hanya untuk menghindar dari sinar UV.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang