treinta y cuatro

796 98 6
                                    

Melihat konflik yang ada di depannya, Winwin kembali berpikir. Apakah keputusannya benar? Yuta memang mulai menunjukkan sifat lembutnya, namun Yuta tidak bisa terbuka padanya.

Tentang Yuta yang mengetahui Joy sangat mengganggunya, bagaimana bisa Yuta mengenal Joy? Dari mana mereka kenal? Di mana mereka bertemu? Dan kenapa Yuta diam saja? Kenapa Yuta tidak memberitahunya sejak awal?

Banyaknya pertanyaan membuat kepalanya pusing, ditambah ketiga anaknya marah padanya karena menyembunyikan identitasnya. Belum lagi Jaemin yang mulai menunjukkan jati dirinya sebagai Vampir, semakin hari berlanjut anak itu sulit untuk ditenangkan.

Winwin semakin dilanda khawatir, tadi ia pun mendengar sebuah berita yang menayangkan jika para Hunter menangkap seorang Vampir dan mereka berencana memusnahkan Vampir yang tersisa. Bisa saja Winwin membawa Jaemin pergi jauh, menyembunyikannya di tempat paling aman dan hanya dirinya yang tahu tempat itu.

Tetapi, Winwin tidak bisa bekerja sendiri. Jaemin adalah sejarah baru, ada tiga darah yang mengalir dalam tubuhnya. Jaemin berpotensi menjadi sangat liar jika tidak dijaga dengan baik.

"Kau melamun lagi," suara berat yang familiar mengalun dalam rungunya. Winwin menoleh dan menemukan Yuta yang bersandar di pintu balkon.

"Yuta," Winwin memanggil. Yuta menaikkan sebelah alisnya sebagai respon.

"Apa yang kamu katakan pada mereka?" tanya Winwin yang kini sudah membalikkan badannya kearah Yuta.

"Bukan apa-apa, hanya sedikit sindiran."

"Hah? Maksudnya?"

BRAK!

"BABA!" Yuta memejamkan matanya pelan, sudah dua kali pintu dibuka kasar dengan diikuti teriakan nyaring yang mengganggu.

Xiaojun, Renjun dan Shotaro berlari kearah Winwin. Tidak memperdulikan keberadaan Yuta yang menghalangi pintu kaca menuju balkon.

Bruk!

Ketiganya memeluk Winwin yang terkejut, yang didekap anak-anak menatap Yuta bertanya. Namun, Yuta hanya mengangkat bahu acuh lalu melenggang keluar kamar.

Menyisakan Winwin dan ketiga anaknya, yang sekarang terdengar suara isakan dari Shotaro. Winwin mengangkat wajah Shotaro dari dadanya, mengusap pipi berisi itu lembut.

"Kenapa? Jangan membuat keributan, ini sudah malam," ucap Winwin disertai senyum manis.

"Baba, maafkan kami karena sempat marah. Kami hanya kecewa karena Baba menyembunyikan identitas asli, Baba. Kalau Baba mengatakannya sejak dulu, kami tidak akan marah atau merasa malu. Malah kami semakin bangga karena memiliki Baba yang sangat sempurna," jelas si sulung.

Dua anak lainnya hanya mengangguk, mereka tidak sanggup mengeluarkan suara karena sibuk terisak. Winwin semakin tersenyum, mengusap kepala anak-anaknya bergantian kemudian dihadiahkan kecupan sayang di kening masing-masing.

"Tidak apa-apa, Baba mengerti. Baba menerima jika kalian marah atau kecewa, karena ini adalah risiko dari rahasia Baba. Baba juga ingin meminta maaf pada kalian."

Mereka berpelukan erat, menyalurkan rasa rindu dan maaf dalam afeksi. Di hati Winwin, ia menangis karena Jaemin tidak ada diantara mereka.

"Ini sudah sangat malam, bagaimana jika kita tidur?"

"Iya!" Renjun dan Shotaro menarik tangan Winwin kearah ranjang, di belakangnya Xiaojun mengikuti dengan lengkungan indah di wajahnya.

Ketiganya tidur bersisian, Winwin berbaring di ujung ranjang di samping Renjun. Shotaro berada di tengah-tengah dua Kakaknya, anak itu kembali membuka matanya dan duduk di atas kasur.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang