siete

1.1K 99 0
                                    

Winwin mengerjapkan matanya pelan, keningnya mengernyit karena sinar terang menyakiti netra beningnya. Pelan-pelan Winwin mengedipkan mata untuk menyesuaikan cahaya dalam ruangan.

Setelah terbiasa Winwin membuka penuh netranya, menatap lurus ke depan. Merasakan lagi sakit di sekujur tubuhnya, tapi hatinya jauh lebih sakit.

Maka dengan itu air mata mengalir pelan dengan sendirinya. Winwin merasa hidupnya ini jauh melelahkan dari kehidupan sebelumnya.

Sampai dimana ia merasakan benda dingin menyapu sudut bibirnya, Winwin tersentak. Kaget membuat dirinya membangunkan tubuhnya secara tiba-tiba, mengakibatkan kepalanya nyeri luar biasa.

"Hey, hey ... I'm sorry for this, are you okay?" Winwin menoleh ke sisi kanan, menemukan seorang pria tampan berkulit eksotis sedang menatapnya khawatir.

"Maaf, aku tidak tahu kalau kau sudah bangun. Kau baik-baik saja?"

"Em, yeah. Hanya pusing karena tiba-tiba terbangun tadi."

"Ayo sini, kau harus menyandarkan tubuhmu," pria itu membawa Winwin untuk bersandar di kepala ranjang. Dengan beberapa bantal berada di belakang punggungnya agar Winwin merasa nyaman.

"Aku obati luka di bibirmu, ya?" pinta pria itu sopan, Winwin mengangguk, kemudian memejamkan matanya.

Sensasi dingin kembali dirasakannya, walaupun perih tapi, Winwin dapat menahannya. Lagipula ia sudah sering mendapatkan luka seperti ini saat dirinya melakukan tugas membunuh dari Yuta.

"Kau siapa?" keheningan pecah saat Winwin bertanya. Sejenak pria itu menghentikan kegiatan tangannya.

"Kau melupakanku?"

"Apa kita pernah bertemu?"

"Tidak, sih. Hahaha." Tawa pria kulit eksotis mengalun bar-bar. Winwin sampai dibuat kaget untuk kedua kalinya.

"Hahaha, maaf-maaf. Aku memang seperti ini kalau tidak sedang bekerja. Aku seorang Kitty juga, aku berada di barisan terdepan, berjalan beriringan dengan Lady."

"Oh, kau pria yang memakai topeng dengan corak hijau lumut?"

"That's right! Nice to meet you Willie, my name is Lucas but, many people call me Luke." Tangan besar Lucas terulur, mengajak Winwin berjabat tangan.

Dengan senyum indah Winwin memegang telapak tangan Lucas, membalas jabat tangan darinya. "Nice to meet you, your so funny."

"It's me, seseorang yang dapat membuat siapa saja tertawa. Bay the way, mengapa—"

Clek

Pintu kamar terbuka, menampilkan Irene dengan blazer biru muda membungkus tubuh rampingnya. Melangkah anggun kearah Winwin, heels putihnya mengetuk lantai kayu lembut.

Winwin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, penampilan Irene sangat berbeda jauh dari tadi malam. Jika semalam berpenampilan seksi, memperlihatkan tubuh moleknya, kini Irene jauh lebih tertutup dan terlihat cerah.

Wanita cantik itu duduk di kursi tempat Lucas duduk tadi, Lucas berdiri di sisi Irene seraya membereskan kotak obatnya.

"Thank you Luke, sudah merawat Willie," ucap Irene dengan suara merdunya.

Lucas nampak tertawa, kali ini tawanya lebih elegan. "Oh, Lady. Don't call me Luke, ini bukan jam kerja."

Irene hanya tersenyum menanggapinya, netranya mengarah pada Winwin sepenuhnya. Telapak tangan Irene terjulur ke kening Winwin, mengusapnya pelan setelah memastikan suhu tubuhnya tidak panas.

MI TESORO [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang