But You

430 29 16
                                    

Hari-hari berikutnya masih terus dihabiskan Jarvis dengan tidak tenang. Sikap waspada-nya bahkan naik lebih dari wajar. Setiap Sky menerima telepon, atau pesan, entah dari siapa pun itu, sikap-nya akan berubah drastis. Jarvis akan tiba-tiba dengan sangat sengaja memutus percakapan Sky dengan berbagai cara, padahal bisa saja Sky tengah terlibat di dalam percakapan yang penting.

Seperti siang ini, Sky tengah menunggu kedatangan Arsenio menjemputnya untuk berangkat ke gedung Agensi setelah belum sempat ke sana sekali pun sejak kembali tiba di Jakarta beberapa hari yang lalu, namun Jarvis malah memilih tidak berangkat ke kantor dan ikut-ikutan menunggu kedatangan Arsenio. Jarvis bahkan mengambil cuti-nya secara mendadak beberapa hari kemarin ketika Sky mengatakan bahwa jadwal-nya sedang kosong untuk 3 hari sebelum hari ini.

Alih-alih keberatan, Sky malah biasa saja menanggapi kelakuan Jarvis. Bukan masalah yang besar, untuknya. Bukan juga menjadi satu hal yang patut dipertanyakan. Selama ia mampu menerima segalanya perlakuan Jarvis kepadanya, walau sebenarnya pun ia sedikit penasaran.

"Pekerjaan-ku masih bisa menunggu." Jawab Jarvis sambil membuka-buka pekerjaannya yang sudah dikirimkan oleh Lusiana melalui e-mail.

Tarik perkataan Sky di atas, karena kini bahkan rasa penasarannya semakin besar.

"Jarvis..." Tegur Sky lalu mengambil duduk tepat di samping Jarvis, dan Jarvis hanya menggerakkan dagunya sekilas tanpa melepaskan kedua matanya dari layar laptop.

See? Pekerjaan macam apa yang bisa ditunda kalau sekarang saja bahkan kamu semakin tenggelam dengan kesibukanmu.

"Katamu tadi pekerjaan-mu bisa menunggu?" Sky mulai meminta Jarvis membagi fokus-nya sekarang.

"Kenapa, Hun...?" Akhirnya Jarvis kini benar-benar menolehkan kepalanya ke arah Sky walau selanjutnya yang terjadi bukan lah sebuah percakapan seperti seharusnya.

Sky mendekatkan wajahnya dengan wajah Jarvis, mengecup bibir lembut Jarvis sekilas dengan sepenuh jiwanya agar Jarvis mengerti bahwa Jarvis lah laki-laki berharga di dalam hidupnya, selain si Kembar, walau mereka belum lama saling mengenal satu sama lain, apabila Jarvis khawatir dengan itu.

Perasaannya tak akan berubah dengan mudah.

"I love you..."

Jarvis menatap kedua mata Sky yang sendu dan terasa hangat untuknya. Mungkin Sky akhirnya menyadari perasaannya yang gundah belakangan ini.

"I love you so much, Jarvis..." Kata Sky sekali lagi, namun kali ini penuh penekanan. "I don't care about anything else, but you."

Jarvis menghembuskan nafasnya sangat lapang, entah mengapa berat hati-nya yang kemarin-kemarin itu seolah terlepas begitu saja walau belum sepenuhnya.

Iya... Seharusnya ia lebih peracaya kepada Sky dibandingkan ketakutannya...

"Kamu harusnya tanya ke aku kalau ada sesuatu yang mengganggumu. Jangan uring-uringan kayak begini..." Kata Sky lagi demi melurusnya kembali perasaan Jarvis tentang hubungan mereka.

"Pacar-mu ini agak tulalit, aku enggak begitu ngerti apa yang lagi kamu rasakan kalau kamu enggak bilang. Kalau kamu cerita, seenggaknya aku bisa kasih sesuatu yang kamu mau, kasih penjelasan yang kamu butuhin. Seperti kata-mu kemarin, kamu tinggal tanya. Aku, pun..."

"Aku cuma cemburu."

"Cemburu?"

"Iya."

Sky terdiam sebentar, mencari tahu terlebih dahulu apa dan siapa yang membuat Jarvis merasa seperti ini, padahal ia bahkan tidak pernah menggeser tubuhnya dari kediaman Jarvis kalau bukan untuk sesekali menengok Apartemen-nya yang belakangan sering ditempati Arwin untuk menyelesaikan Skripsi. Pun Arvin akan datang ketika Sky mengatakan ia rindu dengan adik-nya yang satu itu, karena Arvin seolah menarik diri semenjak mengetahui hubungannya dengan Jarvis.

L. O. V. E - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang