Lover

336 34 17
                                    

"Berharapnya kamu enggak bakalan bosen sama aku, selalu sabar ngadepin aku yang moody," Jaziel kian mengeratkan kedua belah tangannya yang menggenggam kedua belah tangan Lusiana, sebelum akhirnya mengeluarkan sebuah cincin yang memiliki model sederhana namun malah terkesan sangat mewah, "setelah ini jangan terlalu menahan diri buat cerita apa pun ke aku. Soal pekerjaanmu," Jaziel menolehkan kepalanya ke arah Jarvis sebentar, karena tentu saja terkadang waktu Lusiana habis hanya untuk meladeni pekerjaan yang Jarvis limpahkan kepada Wanita-nya itu. Diminta untuk berhenti bekerja agar perhatian Lusiana dapat penuh hanya untuknya juga belum tentu Lusiana berkenan karena karir merupakan hal terpenting selain Jaziel dan Keluarga, mengingat mereka berkenalan juga karena Jarvis mengangkat Lusiana menjadi Sekretaris-nya sejak lima tahun lalu, dan terlalu berlebihan rasanya kalau Lusiana harus begitu saja meninggalkan pekerjaan impiannya karena seorang laki-laki, walau laki-laki itu sungguh mampu membuatnya nyaman dari segi keuangan. 

"Tentang keluarga-mu, atau malah tentang aku." Jaziel melanjutkan kalimatnya, "aku juga akan terus perbaiki diri buat kamu karena keseringannya malah aku yang ngambek enggak tau diri."

"Pfth—" Jarvis menutup mulutnya yang ingin tertawa rapat-rapat, ia tak menyangka bahwa selama ini Lusiana harus bolak-balik menghadapi sikap Jaziel yang memang masih seperti anak kecil. Bahkan Rinjani sering meledak ketika lagi-lagi harus mengalah saat Jaziel berubah menjadi sahabat yang menyebalkan.

Dengan berpasang-pasang mata malam itu, Lusiana menyambut lamaran Jaziel dengan sebuah anggukan kepala dan linangan air mata, karena membuka mulutnya saja ia sudah begitu lemah. Tidak menyangka bahwa Jaziel menambatkan keseluruhan hidup padanya yang bukan siapa-siapa kalau bukan dikenal sebagai Sekretaris cantik nan cekatan milik Putra Jarvis.

Rinjani pun... Menyaksikan kebahagiaan sahabatnya malam ini terasa melegakan karena Jaziel mampu memilih orang yang tepat, setidaknya ia tidak perlu terlalu uring-uringan ketika Jaziel sedang ketimpahan masalah Perusahaan, apalagi ia juga sudah memiliki keluarga kecil-nya sendiri, membuatnya tak begitu mampu hadir sepenuhnya demi menemani Jaziel.
Kepala Rinjani lalu menoleh ke arah Jarvis dan Sky.

Tinggal dua orang ini...

Rinjani paham bahwa Pernikahan bukan lah sesuatu yang mudah terlebih dirinya sudah merasakan hal itu sendiri. Namun tidak berlebihan rasanya kalau ia menginginkan hal yang dirasakan oleh Jaziel dan Lusiana malam ini, juga dapat dirasakan oleh Jarvis dan Sky. Bukan sepasang itu saja yang akan berbahagia, dirinya pun, dan sisa beberapa orang yang lain pada malam ini, juga pasti akan turut merasakan hal yang sama.

Tidak berapa lama kemudian, tampak beberapa orang Pelayan kemudian mendekati meja mereka, merapihkan segala sesuatunya, dan meletakkan beberapa gelas wine, menuang isinya demi merayakan perayaan malam itu. Tak ketinggalan juga si Kembar, walau minuman keduanya berbeda jenis sendiri.

"Tinggal Jarvis dan Sky aja berarti, ya?" Celetuk Devare yang lalu disambut sebuah anggukan bersemangat milik Rinjani.

Salahkan Suami-Istri tersebut karena kini Jarvis total tersedak minumannya sendiri. Sedangkan Sky membulatkan kedua matanya saja walau tak dapat dipungkiri wajahnya itu berubah merah bak kepiting rebus. Entah malu, atau...

"Belum, Mas Deva, masih lama." Jawab Jarvis sambil tersenyum ke arah Sky seolah meminta persetujuan bahwa jawabannya barusan tak keliru.

Terus terang bukan seperti itu yang diharapkan Sky sebagai sebuah jawaban. Namun ia tidak memiliki alasan mengapa Jarvis harus menjawab dengan kalimat yang lain.

"Kapaaannn...?" Tanya Rinjani sambil menyesap minumannya. "Jangan kelamaan, lo! Nanti Sky diambil orang, mau?? Ya kan, Sky??"


L. O. V. E - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang