4th : letters to my lover

3 0 0
                                    

Kali ini, aku ingin membuka pikiranmu tentang rasa percaya. Kuingatkan, aku berbeda dan tidak lazim. Aku ingin kamu paham bahwa sulit untukku memproses hal ini dengan baik. Apakah kita sebenarnya harus saling percaya? Bagaimanakah cara kita percaya satu sama lain? Bagaimana cara orang lain percaya sesama mereka? Mempercayai sesuatu adalah sesuatu yang tidak umum untukku, tapi sangat umum untuk orang lain.

Banyak orang di dunia ini yang saling percaya. Sebenarnya aku pun termasuk yang percaya, percaya kamu salah satunya. Tentu saja begitu, karena kita saling memiliki dan kita butuh rasa percaya. Tapi sejauh mana kita percaya? Karena kepercayaan itu bagiku ada pada batas-batas tertentu, dan tidak sama dengan orang lain. Seperti misalnya, aku yang harus mengabarimu setiap saat ketika aku pulang kerja atau akan tidur. Bagiku itu bukan hal yang penting. Kamu tahu aku akan tidur, dan aku pasti akan pulang. Hidupku sama seperti hidupmu pada dasarnya. Aku makan, tidur, beraktivitas. Aku akan mengabari sesuatu yang penting jika itu ada hubungannya denganmu, atau mungkin tidak berhubungan, namun ya tidak sesepele itu untuk dibagikan. Dan orang lain melakukan hal-hal seperti itu, dan aku merasa itu berarti mereka tidak percaya. Hmmm membingungkan sekali. Tapi hubungan mereka baik-baik saja. Kata mereka, begitulah cara mereka melanjutkan obrolan. Wow! Menurutku itu sangat membosankan dan memuakkan. Menurutku, ada banyak hal yang harus dipermasalahkan daripada jam berapa kamu akan tidur dan jam berapa kamu pulang dari kantor. Bukan berarti aku menyepelekan obrolan itu, tapi bagiku, kalau kamu percaya, kamu tidak harus menanyakan hal seperti itu setiap hari.

Aku dengar beberapa obrolan orang lain seperti, "pacarku belum mengabariku sekarang, harusnya dia sudah mengabariku karena ini jamnya dia pulang. Apa dia sedang main ke tempat lain?". Aku hanya kebingungan memproses hal itu. Kenapa dia harus memikirkan hal sesederhana itu? Apa aku yang terlalu menyepelekan hal itu? Bagaimana jika pacarnya terjebak macet di jalan dan kesulitan untuk mengabarinya? Atau sedang kerja lembur dan lupa untuk mengabarinya? Atau sedang terkena masalah yang tidak terduga, misalnya handphonenya tiba-tiba bermasalah? Bukankah kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi? Kenapa tidak kamu tunggu saja hal itu? Bukankah kamu berhubungan dengan seseorang karena kamu percaya dia?

Bagiku nilai kepercayaan itu tidak bisa dilihat dengan hal-hal praktis seperti itu. Percaya adalah mengetahui bahwa kamu akan mengabariku kapanpun itu. Percaya adalah mengetahui bahwa kamu itu hanya milikku satu. Percaya itu adalah konsep yang sangat mendalam dan kamu tidak bisa melihatnya dari hal-hal sederhana, itu ada dalam hatimu.

Tapi, lucunya, aku pun tidak akan mampu memercayaimu sebanyak orang lain. Jujur saja. Seperti ibuku dan seorang anak. Anak itu menitipkan uangnya pada ibuku karena menganggap ibuku seperti ibunya sendiri. Menurutku itu gila. Bahkan aku tidak pernah menitipkan uangku pada ibuku. Dan kudengar banyak hubungan-hubungan romantis lainnya yang bisa seperti itu. Misalnya, seorang laki-laki yang menraktir pacarnya terus. Menurutku itu gila. Bagiku, baik untuk hubungan untuk tetap masing-masing sampai pada tahap tertentu. Bahkan jika itu hanya untuk menraktir. Bagaimana jika dia meninggalkanmu? Kamu akan kehilangan begitu banyak hanya karena kamu percaya. Uang memang tidak bisa menilai suatu hubungan, tapi kamu juga kadang perlu perhitungan. Seperti kepercayaanku kepadamu. Aku percaya bahwa kita saling mempersiapkan masing-masing untuk hubungan kita selanjutnya, maka aku tidak akan mempertanyakan berapa gajimu, dan kapan kamu akan membelikanku tas. Pfftt!

Jika kita percaya, kita saling mendukung satu sama lain, karena kita tahu kita masing-masing adalah asset masa depan untuk satu sama lain, sehingga mempermasalahkan hal-hal praktis seperti itu terdengar begitu sepele. Aku percaya konsep percayaku untukmu adalah benar. Aku percaya kamu sedang mempersiapkan 'kita' maka aku tidak menjadikan ini obrolan, mungkin kelak ketika aku akan mengurusmu, aku akan mempertanyakan hal-hal kecil. Tapi selama aku menaruh percaya padamu, aku tidak akan meragukanmu. Sedikitpun.

Letters to My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang