11th : letters to my lover

2 0 0
                                    

Sudah cukup lama aku tidak menulis. Beberapa masalah keluarga yang memberikan dampak yang begitu besar dalam hidupku selama ini, ditambah lagi aku yang sedang pms. Dan aku mengontrol diriku agar tidak menulis yang aneh-aneh, dan aku lebih banyak berdiam diri di kamar.

Aku adalah people pleaser. Sialnya, aku belum bekerja, sehingga aku mengerahkan seluruh kemampuanku agar tampil berdaya dan aktif sebagaimana orang-orang di usiaku dengan membantu setiap lapisan sosial yang kumiliki. Aku kesulitan untuk menolak, tapi bukan berarti aku bersikap plegmatis, aku tetap menampakkan diri untuk merasa terpaksa, tapi seringnya mereka lebih menyimpulkan bahwa aku terpaksa, dibandingkan perasaan dan usahaku untuk membantu mereka.

Sehingga suatu saat, di minggu ini, aku merasa konyol. Siapapun itu, sedekat apapun, mereka mengakui betapa banyak aku membantu mereka, mereka selalu merasa kehilangan dengan ketidakhadiranku. Tapi aku merasa konyol karena sebagaimana perasaan kehilangan mereka seringnya tidak sejalan dengan apa yang kudapatkan. Mereka menghakimi apa yang kulakukan, apa yang kusukai, dan melarangku melakukan apa yang kuinginkan. Aku ini sebenarnya tahu betul bahwa aku membantu orang yang salah.

Aku, pada umumnya tampil dengan jarang tersenyum, setidaknya itu caraku untuk bersikap jujur terhadap perasaanku sendiri, menjadi caraku sendiri untuk terlihat lelah karena hidupku yang sejak dulu salah cara. Aku ini sedang apa ? kenapa aku harus melakukan ini semua untuk pengakuan mereka ?

Ibuku berkali-kali berkata bahwa apabila kita berbuat baik, maka orang lain akan berbuat baik juga. Tapi, bukan berarti aku berharap orang-orang untuk berbuat baik kepadaku, aku hanya ingin agar aku bisa diakui sebagai manusia dan hidup tenang. Kenapa aku selalu merasa dikekang dan diawasi ?

Aku ingin bebas, secepat mungkin, entah bagaimana caranya. Akupun ingin menutup kegelisahan ini dengan baik, bagaimanapun mereka orang-orang terdekatku, orang-orang yang terpilih untuk menjadi bagian hidupku, mereka tidak sepenuhnya buruk, bisa jadi juga memang aku tidak pernah cukup baik untuk mereka. Dan aku tahu itu butuh waktu yang lama. Tapi sejujurnya aku tidak kuat. Kian lama aku menjadi merasa lemah, karena tidak ada siapapun yang aku bisa jadikan sandaran untuk bercerita hal-hal remeh untuk sehari-hari. Tidak ada pula hal yang aku bisa lakukan, aku ingin lakukan, karena aku serba dibatasi. Aku merasa kehilangan hasrat. Kehilangan sebagian diriku. 

Letters to My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang