1st : letter to my lover

12 0 0
                                    

Kepada seseorang yang akan mengisi hidupku kelak. Ini adalah surat cintaku yang kutulis untukmu kelak ketika aku siap untuk membuka perasaanku.

Banyak yang aku lihat dari hidupku. Terutama orang-orang sekitarku. Bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka, kehidupan mereka pribadi, atau kehidupan mereka yang jangkauannya semakin luas hubungannya. Ya, maksudku tentang pernikahan.

Teman hidupku, ternyata pernikahan tidak semudah apa yang kita tonton di televisi. Aku merasa film-film itu hanyalah pembodohan publik tentang harapan. Ada apa tentang harapan?

Coba kamu pikir, di antara 7 milyar orang di dunia, dan kamu memilih untuk hidup bersama dengan seseorang dengan latar belakang yang selalu tidak terduga, tapi kamu sangat mencintainya, dan lalu menikah? Harapan mana yang mereka maksud? Apa kamu pikir hidup mereka berhenti di sana saja?

Itulah kenapa aku menonton The Notebook hingga 10 kali. Sampai aku hapal betul dialognya. Karena dia berbeda. Cerita mereka tidak hanya berhenti di saat mereka berhasil menemukan cinta masing-masing, namun hingga akhir hayat mereka. Meskipun, tetap saja, lika liku pernikahan mereka tidak diceritakan.

Film-film lainnya memberikan kita pembodohan berupa harapan. Ya, sekali lagi, aku sebut itu harapan. Karena kenyataan yang aku lihat tidak sesimpel script film. Kita pikir setelah kita mendapatkan pasangan hidup kita akan hidup lebih damai dan lebih baik. Hahaha harapan yang sangat tidak sehat.

Karena yang kulihat adalah kepedihan. Selalu tentang kepedihan. Aku melihat betapa menyedihkannya banyak wanita di depanku yang tidak bisa menangis. Dan dimana harapan yang ditunjukkan di film-film itu?

Menurutku, genre film termasuk akal adalah film horror. Lucu sekali bukan? Ya, karena mereka menampilkan rasa takut, rasa marah, rasa benci, yang meneror hidup mereka di momen itu, dan semua perasaan itu nyata, dan bisa hidup di masa yang akan datang, menetap di lamunan mereka. Itu lebih nyata dibandingkan angan-angan film romantis.

Teman hidupku, apakah di sini aku terdengar begitu sinis dan penuh kemarahan?

Tapi apa dayaku, realitaku dalam lamunan pernikahan yang begitu menyeramkan. Aku tidak bisa memungkiri kenyataan aku tidak mau berharap. Sebagaimana aku tidak mau memiliki harapan yang ada pada film-film omong kosong itu.

Letters to My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang