Sudah lama aku tidak menulis. Aku merasa tulisanku mulai tidak beraturan dan terkesan mengasal hanya karena aku merasa harus menulis. Aku ingin surat ini kutulis bukan untuk keproduktivitasanku, tapi juga karena aku merasa ingin menulisnya untukmu. Aku ingin kamu tetap merasa spesial karena aku membaginya bersamamu.
Beberapa minggu ini aku dihadapkan fakta yang cukup mengejutkan. Yang membuatku sadar bahwa aku selama ini terlalu naif. Dan bisa dibilang aku bodoh dan mencelakakan diri sendiri. Aku berani menyebut kata celaka karena sesuatu bisa berakhir lebih buruk daripada ini.
Aku mendedikasikan diriku sebagai seorang anak untuk ibu dan bapakku, dan tak terkecuali tante-tanteku yang memilih untuk melajang karena satu dan lainnya yang aku tak mau campuri urusannya. Sejak kecil, sejak SMP, aku membantu tanteku dan begitupun tanteku mengurusku dengan baik. Aku merasa bahwa hari liburku menjadi indah karena tante-tanteku. Bisa dibilang ibu dan bapakku tidak sekompak itu dan seringnya aku hanya belanja bersama ibuku.
Dan apa yang kulakukan semakin besar tanggungjawabnya seiring aku mendewasa. Kian lama, dia berikan aku tugas yang semakin berat, namun menunjang karirku (yang berarti bukan hal yang buruk). Maka aku tidak menolaknya dan secara mulus terus melakukan apapun yang tanteku minta.
Hingga aku sedewasa ini, dengan kantung mata yang tebal, aku masih terus melakukan apa yang kulakukan sebagai seorang anak dari tante-tanteku. Mereka sudah melakukan banyak, dan tidak lupa juga mereka melakukan banyak untukku.
Tapi, sudah lama aku tidak bekerja dan hanya mengandalkan uang dari mereka. Aku tahu aku cukup tahu diri untuk terus melakukan sesuatu untuk menerima uang. Namun aku tidak menyangka ternyata beberapa hal sudah di luar batas.
Karena perasaan kesal belum bekerja dalam waktu yang lama, perasaan kecil terhadap diri sendiri, aku banyak mengurung diri dan merefleksikan diri. Aku yang biasanya ada di antara mereka semua, tidak terlihat, tapi selalu melakukan sesuatu sehingga keberadaanku cukup dibutuhkan, ternyata aku dirindukan. Di momen aku merasa lelah terhadap diri sendiri. Tapi aku dirindukan semata-mata karena mereka kehilangan. Tidak, bukan karena merindukan 'aku'. Karena mereka kehilangan sosok yang selalu mengandalkan dirinya untuk berbuat baik.
"Tante ga punya siapa-siapa di hari tua. Tidak ada suami. Tidak ada anak. Makanya keingin anak-anakmu aku penuhi. Supaya kelak aku dijaga mereka"
Sekilas pernyataan itu terasa standar, tidak heran seseorang yang melajang mengatakan itu. Mungkin mereka sebingung itu terhadap masa depan mereka.
Lalu bagaimana denganku?
Aku belum bekerja, apa kelak aku harus mengurus mereka?
Aku harus begini sampai kapan?
Apa nilaiku bisa dihargai seperti itu?
Apa yang sebenarnya sedang terjadi selama ini?Aku benci karena mereka bilang apabila berbuat baik sama orang, orang itu juga melakukan hal yg sama.
Aku benci karena aku sudah dicuci otak selama ini, dan aku merasa telah dibodohi.
Aku benci karena aku kini merasa itu hanya akal-akalan mereka saja supaya mereka diperlakukan dengan baik.
Aku benci karena selalu merasa bersalah karena tidak berbuat baik kepada mereka.
Mereka tidak tahu betapa tertekannya aku untuk berbuat baik. Standar kebaikan mereka dan untukku itu berbeda, tapi mereka menyamaratakannya dan membuat suatu sistem yang membuat aku merasa bersalah dan terikat. Semua terasa terpaksa.
Apa yang terjadi pada nyatanya adalah, kamu memang harus berbuat baik karena kamu adalah orang yang baik, bukan karena kamu menginginkan seseorang atau siapapun itu berbuat baik untukmu. Sehingga kamu tidak berharap mereka berbalas baik untukmu.
Sehingga kamu tidak berharap siapapun berbuat baik untukmu.
Karena berharap seseorang menjadi penolongmu adalah hal yang menyedihkan.
Karena menjadi baik itu bukan tentang orang lain
Karena menjadi baik itu adalah kamu yang titipkan Tuhan untuk menyebarkan kasih dan sayangmu setulus yang kamu mampu. Dan tidak serumit balasan yang kamu puja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Letters to My Lover
RomanceINDONESIAN Ini adalah kumpulan surat-surat yang sangat ingin kuberikan padamu saat aku siap untuk membagikan semua perasaanku, tumpahan pikiranku tentang hidup dan dunia ini. Aku hanya ingin membuka diriku lebih lebar untukmu, kekasihku yang akan me...