15th : letters to my lover

1 0 0
                                    

Beberapa hari yang lalu, akhirnya aku mengetahui lebih banyak hal tentangmu. Sayangnya, bukan dari mulutmu langsung. Namun aku kebingungan. Apakah ini hal yang baik atau hal yang buruk. Yang aku rasa pasti adalah betapa aku menemukan diriku sendiri sebagai seseorang yang bodoh. Kali ini aku tidak bersikap sinus terhadap diri sendiri, aku sangat mengkritik kebodohanku.

Jujur saja, aku kesulitan untuk fokus. Aku kembali kehilangan arah sejak hari itu. Lebih tepatnya, kecemasanku mulai meningkat lagi, kecemasan yang selalu aku benci dari diriku sendiri. Aku kesulitan untuk mengontrol pikiranku yang mengatakan bahwa aku harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

Ketika aku melanjutkan tulisan ini, aku begitu tersentak melihat huruf terakhir dalam tulisanku sendiri. Aku menyebutkan inisialmu. Kamu tahu, sebelum kamu membaca semua surat ini, aku menyebarkannya kepada seluruh dunia. Entah siapa yang akan membaca semua ini, namun yang pasti kamu bukanlah orang yang pertama mengetahui isi hatiku tentang kamu. Aku harap aku bisa mengatakannya pertama padamu, selain perihal waktu yang kita miliki, aku pun jujur saja, masih tertutup. Banyak hal yang sulit untuk ku ucapkan, bukan aku tidak mau, hanya bibirku terhenti setiap kali aku hendak membicarakannya, karena aku takut merusak suasana kita, dan utamanya, aku ingin aku benar-benar mengetahui timing yang pas. Dan aku kira pun begitu juga dengan dirimu, aku kira kamu juga melakukan hal yang sama. Karena langkah kita selalu serupa. Dan setara.

Apa yang terjadi adalah ternyata nama yang aku ketahui selama ini adalah nama lain darimu. Jujur saja aku masih kurang paham hingga saat ini, tapi aku paham bahwa namamu bukanlah sesuatu yang sepele, kamu tidak bisa membagikan nama ini kepada sembarang orang. Dan kamu pun jujur bahwa aku adalah orang pertama yang mempertanyakan hal ini dan orang pertama yang kamu beritahu selain dari keluargamu sendiri. Mungkin ini tampah personal untukmu, tapi kamu lupa juga bahwa ini tampak personal untukku.

Lucunya adalah, akupun melakukan hal yang sama, sehingga jika di hari itu aku memutuskanmu, aku hanyalah seorang pecundang, karena aku tidak bisa membalikkan posisi. Akupun tidak memberitahu nama asliku. Kamu hanya tau nama pendek yang kubuat saat aku masih kuliah, aku tidak memberitahukanmu nama asliku atau nama kecilku yang juga personal. Sehingga hari itu kita impas dan menyelesaikan masalah tentang nama kita berdua.

Tapi setelah itu, aku berbincang dengan temanku yang mengetahui hubungan kita. Dia nampak kesal, menurutnya aku terlalu dimabuk cinta. Menurutnya nama adalah hal yang sakral. Dan dia nampak kurang yakin dengan hubungan kita, yang mana itu membuatku juga ikut gelisah. Dan sejak itulah, aku sering kalut dalam pikiran. Sakit kepala yang selalu jadi temanku kembali datang.

Entah apa yang aku pikirkan. Karena aku pun senang. Anehnya, hal tersebut seperti bukan hal yang aneh, malah aku rasa familiar. Seperti seseorang yang berada dalam lamunanku tiba-tiba menjadi nyata, aku akhirnya bisa melihat fotomu saat kamu lebih muda, dan itu tepat seperti seseorang dalam mimpi atau lamunanku atau entahlah karena aku mempunya gambaran itu sejak dulu. Dan tentang namamu, anehnya aku merasa itu tidak mengagetkan. Sama sekali. Hanya mengagetkan ketika aku harus mengetahuinya sendiri. Aku bertanya-tanya apakah kamu akan mengatakannya jika aku tidak pernah bertanya.

Sebelumnya aku berkali-kali mengatakan kepadamu bahwa kamu tidak tahu seberapa dalam perasaanku. Kemarin, akhirnya aku bisa merasakan bahwa kamu mulai menanggapinya serius. Memang kadang aku terlihat seperti bercanda, bagaimana aku tidak menahan keseriusanku ketika kamu pulang kerja dan terlihat lelah?

Namun, kini di tengah banyak lamunanku, apa yang harus kulakukan? Apa aku sudah di jalan yang benar? Apa aku melakukan hal yang salah?

Yang kutahu sekarang, selain kebingunganku, pikiranku juga semakin seperti euphoria karena aku merasa semakin dekat denganmu. Aku tidak pernah mengetahui banyak hal darimu sebelum ini, dan dirimu semakin sering muncul dalam bayang-bayangku. Jujur saja, aku bingung dan senang. Reaksi temanku membuatku bingung, karena aku merasa bagaimanapun tidak adil jika harus memutuskan seseorang ketika akupun melakukan hal yang sama. Banyak sekali hal yang kau tidak tahu tentangku, dan aku tidak tahu bagaimana tanggapanmu tentang hal itu, dan apakah kamu masih menyanggupi untuk mencintaiku? 

Letters to My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang