Bab 1 : Cowok Belanda

88 13 5
                                    

Pagi yang cukup mendung di langit pinggiran kota Amsterdam.

Awan-awan berwarna kelabu sesuai dengan suasana hati seorang cowok yang terduduk di tepi ranjangnya. Sesekali, cowok itu menatap dirinya di cermin, memantaskan tiap detail pakaian yang dikenakannya.

Hatinya meragu, Apakah ia bisa meninggalkan ibu serta adik-adiknya disini? Meninggalkan tanah kelahirannya demi menuntut ilmu di negeri benua seberang sana?

Apakah ia bisa?

Hati dan pikirannya semakin beradu.
Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk pergi menuju negeri itu dan mencari jawaban atas rasa di hati?
Entah mengapa, dirinya memiliki firasat jika di negeri itulah semua pertanyaan dalam mimpinya akan terjawab.

"Nathan, apakah kau sudah siap?"

Cowok berambut coklat gelap itu menengok. Sesosok wanita paruh baya dengan wajah ayunya yang tak pernah pudar muncul dari balik pintu. Tatapan hangatnya seolah menyelimuti sang anak.

Nathan menghapus bendungan embun pada mata birunya, "Aku sudah siap, Bu."

Cowok itu berdiri dan menarik koper hitam miliknya keluar kamar.

Sebelumnya, ia telah memeluk ibunya lama. Pelukan dari seorang ibu memang sangat bisa menenangkannya. Mungkin, dirinya akan sangat merindukan pelukan ini nanti.

"Belajarlah dengan baik dan jangan khawatir kan ibu dan adik-adikmu", bisik wanita itu disela-sela dekapannya. " Kau juga akan mendapatkan apa yang kau cari-cari, anakku"

Nathan bingung. Keningnya berkerut saat pelukannya terlepas. Belum sempat ia bertanya, Stacy, ibunya menuntun dirinya menuju mobil.
Didalam mobil ia bertemu dengan Noran, adik laki-lakinya, dan Natasya, adik perempuannya. Mereka memeluk erat kakak sulungnya itu sambil mengucapkan salam perpisahan.

Sejujurnya ia tak ingin pergi. Namun, ada sesuatu hal yang harus Nathan ketahui, dan maksud dari perkataan ibunya tadi.

"Apa maksudnya?"

🌷🌷🌷

"Kau mengambil buku ku lagi!"

"Tulisanmu sangat indah, bolehkah aku membacanya lagi?"

"Tidak"

🌷🌷🌷

Nathan tersentak dari tidurnya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Jantungnya berdegup dengan napasnya yang memburu.

Mimpi itu lagi, batinnya.

Tatapannya kosong menerawang langit-langit. Suara dentingan jam dinding menemani tiap lamunannya.

Sudah dua hari semenjak dirinya datang dan menempati kamar kost di tempat ini, di kota dan negara ini. Zamrud Khatulistiwa dengan sejuta harapan bagi Nathaniel.

Dalam kamar kost itu, cowok itu menutupi matanya dengan lengan kanannya. Berharap dirinya segera menemukan jawaban atas mimpi itu.
Mimpi yang selalu ada semenjak dirinya baru menginjak usia remaja.

Sudahlah, sudah cukup dirinya beristirahat selama dua hari lamanya.
Sebaiknya ia bersiap-siap karena hari ini adalah hari pertamanya masuk sebagai siswa pertukaran.

Mari berangkat dan lupakan sejenak tentang mimpi itu!

🌷🌷🌷

~tbc~

Selamat datang di cerita aku yang baru👋👋
Btw ini ceritanya pendek dulu soalnya udah stuck di otak😆😆😅😅
Ga juga sih sebenernya emang udah ada aja bahan ceritanya tapi... Gituloh... 🙂🙂

Semoga suka dan tetap tunggu kelanjutannya!!
Jangan lupa vote dan komen serta jangan lupa juga buat follow karena kalian pasti tau gimana rasanya bikin cerita tapi ga ada yang dukung:")

See you~~

Tulip Dua Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang