Bab 9 : Tuduhan

27 8 0
                                    

"Sekar"

Gadis pemilik nama itu menoleh. Didapatinya Natch, pemuda berumur 17 tahun itu berlari kearahnya. Saat sudah hampir sampai, pemuda itu memelankan langkahnya berjalan beriringan dengan Sekar.

Sekar menatap pemuda itu bingung, mengapa pemuda itu tersenyum aneh dengan tangan disimpan kebelakang?

"Ada apa?"

Natch mengembangkan senyuman penuh artinya lagi.

"Tidak ada"

Setelah mengatakannya, Sekar hanya mengangguk lalu terjadilah keheningan tanpa suara diantara mereka.

Natch masih terus tersenyum membuat gadis itu bergidik ngeri. Apa yang salah dengan pemuda ini?

"Omong-omong tentang perkataanku pada hari itu,"

Sekar menoleh. Dirinya menunjukan rasa penasaran sembari berusaha mengingat.

"Memang kau membicarakan apa pada hari itu?"

Mendengarnya membuat Natch kecewa. Ingin rasanya dirinya jatuh pada saat itu juga. Susah payah dirinya memberi kode pada gadis yang kemungkinan dirinya sukai itu.
Tapi ternyata gadis itu tetap tak mengindahkannya.

Natch mengacak surai coklatnya. Sekar yang masih menatap pemuda itu terlihat semakin kebingungan.

"Ihhh masa kau tak mendengarkan ucapanku pada hari itu?"

Mulai lagi, sosok bocah dari diri pemuda Belanda itu.

"Aku benar-benar tak tahu, memang kau membicarakan apa?"

Natch mencebik. Sepertinya memang benar gadis bersanggul yang tengah mengangkat hasil perkebunan itu tak menyadarinya.

Natch mencoba untuk tetap tenang. Dirinya mengambil napas dalam dan menghembuskannya guna menetralkan diri.

Pemuda itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat gadis itu juga berhenti dan menengok kebelakang.

"Sekar"

Pemilik nama itu bertanya-tanya melalui raut wajahnya. Sedangkan pemuda itu malah menunduk semakin dalam, namun beberapa saat kemudian Natch menampilkan wajahnya.

"Aku--",

Tiba-tiba saja, seorang wanita memanggil nama gadis itu dari kejauhan, keduanya melirik wanita yang berlari mendekati mereka itu.

"Tuan Hans memanggilmu", jawab wanita itu singkat.

Sekar melirik Natch yang sepertinya sedikit kecewa dengan hal itu. Tapi tak ada pilihan, gadis itu mengangguk perlahan.

"Ya sudah, kau pergilah temui ayahku", putus Natch.

Sekar yang melihatnya menggerakan bibirnya tanpa suara mengucapkan kata maaf. Lalu pergi dari sana.

Dan sebelum mereka semakin berjauhan, pemuda itu berteriak.

"Temuilah aku di bukit teh selesai kau dari sana!"

"Pasti!"

🌷🌷🌷

*kriet..

Pintu sebuah ruangan terbuka. Diantara sinar matahari yang melintas dari celah jendela. Di ruangan ini, gadis itu melihat para bawahan tuannya yang didominasi orang Belanda, beserta tuannya yang membelakanginya.

Sekar dengan ragu melangkah menuju tengah ruangan.

Duduk bersimpuh dengan kedua tangan yang mengatup di depan wajahnya. Kepalanya menunduk.

Tulip Dua Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang