Bab 6 : Kunjungan Museum

20 8 0
                                    

"Pokoknya gamau tau, lu yang bayar tiket masuknya", seru Bunga di keesokan harinya.

Saat ini jam istirahat pertama dan semua anak dikelas sibuk jajan di kantin. Hanya tinggal beberapa yang menetap di kelas, termasuk Bunga dan Nathan.

Nathan mendongak, menatap cewek yang melabrak di mejanya. Rambut ekor kuda andalannya dan kaca mata minus cewek itu yang lupa dilepaskan. Tatapan penguasa cewek itu menikam tajam.

Cowok itu hanya mengangguk dan beranjak dari kursi. Pergi menuju toilet untuk sekadar membasuh wajah. Karena jujur, ingatan tentang hari lalu semakin terasa acak sehingga terbawa mimpi.

Malam ini ia bermimpi lagi tentang sosok itu, sosok gadis berpakaian sederhana dengan rambut digulung. Gadis sederhana yang menurutnya sangat cantik.

Tapi rasanya sangat aneh.
Gadis itu mengingatkan Nathan pada seseorang.

Tapi siapa?

"Siapa dia?"

Nathan terkejut dengan tenang, maksudnya dalam diam, menyadari bahwa Bunga, cewek itu menunggunya di depan toilet laki-laki. Cewek itu bersandar pada dinding dengan tangan bersedekap dada. Dan sepertinya, Bunga juga sama terkejutnya.

"Kau mengagetkanku", ujar Nathan santai, lalu mengambil langkah lebar meninggalkan Bunga di belakang.

"Dasar Bule", gerutu Bunga yang juga menyusul Nathan.

Cukup kesulitan bagi dirinya untuk menyusul cowok jangkung itu. Perbandingan Bunga yang 165 cm dan Nathan yang 185 cm.

Akhirnya, cewek itu berjalan beriringan dengan Nathan yang memasukan tangan kedalam saku jaket miliknya. Bunga menatap Nathan dari samping, sampai-sampai hampir menabrak tiang tembok.

"Lu baik-baik aja?"

Nathan melirik, "Sudah lebih baik dari kemarin"

Bunga mengangguk paham, "Maaf, ya, kalo selama ini gue nyebelin"

"Iya, gapapa. Lagian aku yang mengganggu mu, kan?"

Hening,
Tak ada pembicaraan diantara mereka sepanjang perjalanan menuju kelas. Hanya langkah kaki serta suara sepatu yang berdecit dengan lantai.

Bunga menjadi tak nyaman dengan suasana ini.
Dirinya menjadi merasa bersalah dengan Nathan, menyuruh seseorang yang sedang sakit dan terus menerus menyalahkannya membuat Bunga terlihat jahat.

Cewek itu mendongak lagi kesamping, tapi kini dengan mendapati Nathan yang juga menatapnya.
Tatapan mereka bertemu. Mata biru se biru langit bertemu dengan mata coklat se coklat tanah. Cukup lama selama mereka beriringan.

Hingga Bunga berusaha berbicara, "Besok hari Sabtu, kita kesana lagi?"

Nathan mengangguk tanpa memutuskan pandangan.

"Oke", Bunga berlalu dari sana.
"Ohya, lu gausah bayar punya gue. Gue bayar punya gue sendiri"

🌷🌷🌷

"Udah dapet tiketnya?", tanya Nathan pada cewek yang sedang sibuk dengan ponselnya itu.
Bunga mengangguk lalu menyimpan ponselnya di dalam saku.

Setelah mereka memberikan tiket masuk pada petugas yang berjaga, mereka memasuki gedung museum.

Tidak terlalu ramai disini, hanya ada beberapa rombongan anak-anak yang sedang melakukan studytour dan orang dewasa.
Baguslah, jadi Bunga bisa dengan leluasa mengerjakan tugasnya.

Ponsel cewek itu yang sedang merekam diarahkan ke segala penjuru museum.

"Bunga, aku ke toilet sebentar, ya?"

"Kenapa mendadak?", tanya Bunga tanpa memutuskan perhatiannya pada ponsel yang sedang merekam.

"Maaf"

"Yaudah, tahu dimana toiletnya, kan?"

Walaupun tak melihatnya, Bunga bisa merasakan kalau cowok itu mengangguk, lalu tak beberapa lama dirinya tak merasakan kehadiran cowok itu di belakangnya.

Sepertinya Nathan sudah pergi.

Eh?

Bunga menurunkan ponselnya saat benda itu menangkap sesuatu.

Bingkai dengan tulisan terpajang di dinding itu.
Bingkai yang menunjukan cerita sejarah....

Peristiwa Bunga Berdarah?

Tak lama, sesuatu berputar didalam kepala Bunga. Kepalanya sakit. Cewek itu memegangi kepalanya.
Dirinya pernah seperti ini kemarin.

Dan ingatan tentang masalalu, berputar di kepalanya...

🌷🌷🌷

~tbc~


Akhirnya kita bertemu lagiii🙌🙌🤧
Jangan lupa vote, komen, dan share kalau kalian suka!!
Baca juga karyaku yang lain misalnya, Prince's Revenge from Verepide hehehhe *promosi

Ceritanya ga kalah menarik dari ini kok!

Udah ya,

See you~~

Tulip Dua Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang