Bab 10 : Tragedi Bunga Berdarah

22 10 0
                                    

Terdengar suara riuh masyarakat yang mengitari mereka.

Seorang gadis, dengan wajah tertutup kain hitam diseret menuju tengah alun-alun. Semua orang yang penasaran berkumpul di pinggir lapangan.

Keluarga Ster terduduk di bangku khusus menghadap arah gadis itu.
Natch, yang tak tahu apa yang terjadi menatap sekeliling heran.

Apa yang terjadi?

Siapa yang ditutup wajahnya itu?

Setelah mendapatkan arahan dari Tuan Hans, para algojo itu membuka penutup wajah gadis itu.

Sekar?

Mengapa dia disitu?

Mengapa mereka menahannya?

"LEPASKAN AKU!", seru gadis itu memberontak.

Para algojo yang sedang memborgol gadis itu menahan kuat tubuh ringkihnya.

"DIAM"

Tetapi gadis itu tetap memberontak, namun tak berhasil.

Semua orang yang mengelilingi alun-alun menjadi ricuh. Tuan Hans mengangkat tangan kanannya pertanda untuk mereka diam.

Keadaan mulai menghening.

Tuan Hans mengambil kesempatan untuk berbicara.

"Kirana Sekar Rahayu, putri tunggal dari pasangan Adimas Jaya dan Putri Rahardja. Semenjak meledaknya serangan di wilayah timur, Keluarga Jaya dikabarkan telah tewas dan putrinya meninggal tanpa jasad.", lantang Hans mengedarkan pandangan pada masyarakat.

"Tidak saya sangka, ternyata salah satu pekerja termuda di perkebunan teh milik saya adalah tempat sang putri berada"

Natch yang semula hanya terlihat kebingungan, menjadi terkejut.

Sekar, adalah putri dari saingan ayahnya?

Tidak mungkin!

Natch menatap Sekar yang juga meliriknya dengan tatapan penuh keterkejutan.

Semua orang menjadi semakin ricuh. Ada yang berbisik tak menyangka dan berbagai tanggapan lainnya.
Keadaan semakin tak terkendali.

Melihat keadaan seperti itu, Hans menyeringai.

"Nona ini tergabung dalam organisasi terlarang yang sangat menentang orang-orang Belanda. Apakah pantas seseorang yang telah mengasihani nya mendapat balasan seperti itu?" ujar Hans dengan nada yang dibuat-buat. Sengaja membuat keadaan semakin tak terkendali.

Sekar yang tak percaya dengan apa yang Tuannya katakan tentangnya berusaha untuk menentangnya, sebelum sebuah kain melilit di mulutnya mengikat kata-katanya kuat.
Alhasil, gadis itu hanya bisa memberontak untuk kesekian kalinya.

Hans mengambil sebuah berkas yang di bawa oleh anak buahnya. Dibacalah isi berkas itu, yang sebenarnya adalah palsu dengan lantang.

"Pemasukan tiap bulannya berkurang hingga ratusan gulden, kemanakan hilangnya uang-uang itu?", pria itu menjeda kalimatnya, melirik gadis di bawah sana.

"Menjadi mata-mata organisasi terlarang,"

Sekar menggeleng kuat. Tentu saja itu tidak benar, organisasi itu hanya penentang bagi orang Belanda yang berlaku sewenang-wenang. Tetapi tentu saja ada beberapa tugas yang diberikan kepada anggotanya untuk memata-matai mereka, tetapi tugas itu tentu saja untuk kepentingan rakyat pribumi yang tertindas.

Dan penyataan ini tentu saja membuatnya terpojok.

"Dan yang paling banyak disayangkan,"

Suasana menjadi tegang saat Hans menjeda kalimatnya lagi.

Tulip Dua Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang