Bab 4 : Tugas Ekskul

26 10 0
                                    

Sepertinya keputusan Bunga untuk kabur dari Nathan adalah sebuah keputusan yang salah. Cowok itu malah semakin gencar mendekatinya. Bahkan sekarang, cogan bule berambut coklat itu terus mengekor disampingnya.

Dimana pun dan kapanpun.

Walau Nathan juga seperti menjaga jarak semenjak Bunga merasa keberatan dengan keberadaannya.
Ya, tapi itu tidak membuat Nathan menyingkir juga. Dia orang yang gigih, namun di satu sisi juga menyebalkan, sedikit menakutkan.

Itu kesan pertamanya.
Seperti sekarang, cowok itu mengikuti Bunga sampai ruang jurnalistik. Semua fokus anggota, terutama siswi, tersedot oleh visual cowok itu. Bunga terganggu bukan main.

"Hei, Nath, ngapa lu terus ngikutin gue?", tanya Bunga berbisik tanpa menggunakan bahasa baku.

Itu dia lakukan karena menyadari fakta bahwa Nathan lebih menyiapkan segalanya dari yang ia pikirkan.

Nathan membungkukkan posisi duduknya dan mendengarkan dengan seksama apa yang cewek itu katakan, "Bukankah kita teman?"

"Sejak kapan?!", reflek Bunga tak terima.

"Jadi kita bukan teman?", sendu Nathan dengan nada kecewa.

Bunga merasa tak enak hati sekarang
"Bukan itu maksudku, tapi--", ucapan cewek itu terjeda ketika melihat dirinya melihat wajah cowok itu yang memelas. "Iya-iya, kita teman sekarang", pasrah Bunga akhirnya.

Seketika itu juga, satu kalimat ajaib itu mampu membuat bintang dan binar muncul di sekitar wajah cowok Belanda itu.

Nathan senang, Nathan berseri.

"Jadi Bunga, apakah sudah paham?"
Bu Aina, guru pengampu ekskul jurnalis bertanya pada cewek itu.

Bunga yang semula fokusnya terbagi oleh Nathan menjadi linglung. "Maaf bu, saya tidak mendengarkan"

Wanita di depan kelas itu menggeleng kecil. Reaksi itu membuat Bunga tak enak hati, lalu melirik tajam dengan tatapan menyalahkan terarah pada Nathan. Seakan ingin mengunyah cowok itu.

Tapi cowok itu malah tak menyadarinya. Dirinya malah tersenyum dengan suasana bahagia dan menggoyangkan kepalanya.
Terlihat menggemaskan bagi yang lain tapi menyebalkan bagi Bunga.

Dasar bule nyebelin!

"Bunga, kamu saya tugaskan untuk mencari informasi seputar penjajahan pada era masa kependudukan Hindia Belanda. Silahkan bisa dicari di internet atau bisa mengunjungi museum di pusat kota. Dan batas maksimal pengumpulan tugas adalah minggu depan, ya?", jelas Bu Aina panjang lebar.

"Paham, Bunga?"

"Paham, Bu"

"Oh, ya. Sekalian bisa diajak temanmu itu untuk membantu? Siapa tahu sambil mengenalkan kota kita kepadanya"

Nathan mengangguk antusias sedangkan Bunga melotot tak setuju. Bahkan cowok itu membuatnya semakin terganggu saat menggoyangkan bahunya dan memohon untuk ikut.

Bunga ingin protes, tapi melihat semua orang melihatnya dengan pandangan masing-masing, ditambah Nathan yang mulai bertingkah seperti anak tiri. Dengan terpaksa, Bunga menyetujuinya.

Nathan gembira, Nathan senang!

🌷🌷🌷

~tbc~

Heheheheh kembali lagi dengan cerita ini...
Maafkan aku yang mungkin kalian merasa cerita ini pendek🤧🤧
Mengumpulkan niat mungkin sesulit itu!!

Makasih yang udah mampir!
Jangan lupa vote, komen, dan.... share kalau kalian suka!!

See you~~

Tulip Dua Warna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang