"Mendadak?"tanya Jaehyun, membuat Taeyong membalas tatapan suaminya itu dan mengangguk.
"Kenapa? Kau tidak sanggup untuk membiayainya lagi ya?"tanya balik Taeyong, ia menyipitkan kedua matanya itu dengan bibir yang tersenyum tengil.
Jaehyun yang diperlakukan seperti itu menggelengkan kepalanya. "Kau lupa siapa aku? Bahkan aku masih sanggup jika harus menafkahi 10 anak lagi."ucap Jaehyun santai, ia menaik turunkan kedua alisnya.
"Tidak 10 anak juga bodoh, kau kira perutku karet?!"tanya Taeyong.
Beomgyu yang mendengar perdebatan kedua orangtuanya tertawa lucu. "Bubu dan daddy sangat lucu, Gyu setuju jika bubu ingin mempunyai anak lagi."ucap Beomgyu semangat.
"Gyu, kau sudah besarkan? Jelas Gyu sudah tau jika menunggu adik tidak sebentar, apa Gyu kuat?"tanya Jaehyun.
Beomgyu mengangguk membuat dot dibibirnya itu terjatuh, namun ia ambil lagi dan menggunakannya lagi. "Swiap Daddy."jawab Beomgyu.
Jaehyun melongo mendengar jawaban anaknya itu, ia kira Beomgyu akan menolaknya. Bukan keberatan, Jaehyun bisa-bisa saja. Malah ia semangat jika akan mendekati ke dalam hal membuatnya itu.
Taeyong mengulum senyumnya itu kemudian ia menampar bahu Jaehyun, membuat sang suami terhuyung ke depan. "Kenapa kau memukul ku tiba-tiba?"tanya Jaehyun, ia mengernyitkan dahinya menatap Taeyong.
"Bukan aku, aku hanya refleks menamparmu. Salahkan tanganku."ucapnya sambil menggoyangkan tangannya itu.
"Tidak, aku yang salah disini."ujar Jaehyun, ia langsung bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah taman belakang.
"Bubu, apakah bubu sedang hamil?"celetuk Beomgyu, Taeyong yang ditanya seperti itu mengerutkan keningnya kemudian menggeleng.
"Tidak, bubu tidak hamil. Kenapa memangnya?"tanya Taeyong.
"Eum tidak, hanya saja bubu berperilaku seperti orang yang sedang hamil."jawab Beomgyu polos.
"Mana ada, empat anak saja sudah cukup. Bubu pusing mengurus kalian."ucap Taeyong, membuat Beomgyu yang mendengarnya terkikik kecil.
"Jangan salahkan kita ya bubu, karna bubu dan daddy yang membuat kita ada."balas Beomgyu.
Taeyong memutar bola matanya. "Ya ya, lagi pula tidak ada yang menyalahkan anak-anak bubu yang menggemaskan."ucap Taeyong, ia mencubit pelan hidung anak bungsunya.
•••
"Woi, cil."
Yang dipanggil menoleh ke belakang, dirinya langsung mendelik sinis dengan wajah yang songong. Membuat lelaki yang memanggil tadi memasang wajah seperti orang yang sedang menyimpan dendam.
"Kalo dipanggil tuh, nyaut."ucap Jeno pada sang adik, Beomgyu.
Iya, keduanya adalah Jeno dan Beomgyu. Entah apa yang sedang Beomgyu lakukan disini, ia hanya berdiri dengan tangan yang memegang daun di vas bunga yang tepatnya berada didekat tangga. Jeno yang akan turun menghentikan langkahnya dan menatap sang adik.
"Brisik, hyung."cibir Beomgyu.
"Bubu dan daddy kemana?"tanya Jeno, ia mengedarkan pandangannya namun tak menemukan kedua orang tuanya.
Beomgyu yang ditanya seperti itu menatap Jeno, kemudian ikut mengedarkan pandangannya. Tiba-tiba diotaknya terlintas kejahilannya.
"Gyu, Hyung bertanya."ucap Jeno yang masih sabar, jika ia tak sabar bisa-bisa ia dihukum lagi seperti tadi.
Beomgyu menatap Jeno sebal, bibirnya bergeser ke kanan dan ke kiri seperti anak kecil yang sedang tak akur dengan temannya. "Kamu nanya?"tanya balik Beomgyu.

YOU ARE READING
BAD ROMANCE
Historia Corta[JAEYONG] [BXB] [MATURE] [BAD] [MPREG] "Haishh, lama-lama aku bisa gila karna mengurus keempat kurcaci itu." -Jung Taeyong. "Sayang, anak ku bukan kurcaci." -Jung Jaehyun. - "Yak Jung Jeno! Bisa kah kau tidak mengganggu adikmu itu?!" -Mark Jung. "Ti...