Part 10

922 129 230
                                    

Guyss di part ini jumlah vote sama pembacanya gak beda jauh bisa gak yahh huhuu😢

Yang baca lumayan, tapi yang vote gak ada😭
Makasih buat yang vote dan komen🥰

H A P P Y_R E A D I N G

Melangkah tergesa-gesa menuju gerbang sekolah SMA Sevior. Gadis bersurai hitam pekat itu mengelap keringat yang menetes bercucuran pada dahinya.

Merasa sia-sia, setelah melihat gerbang hitam yang menjulang tinggi itu sudah tertutup rapat. Ia melangkah mendekati gerbang. Memohon agar gerbang segera dibuka.

"Pak, saya mohon buka gerbangnya," pinta gadis tersebut dengan wajah memelas.

"Aduh neng Naya, gak bisa. Nunggu bu Unik dulu ya."

Naya menghela nafasnya kala mendengar nama guru BK yang terkenal killer itu. Karena ini hari senin, jadi ia tak bisa mengikuti ucapara.

Merasa sebuah suara gerbang yang terdengar dibuka, gadis itu mengangkat kepalanya yang tertunduk. Naya menghela nafasnya panjang, kala ia sudah berhadapan langsung dengan bu Unik.

"Naya... Kenapa kok kamu telat?!" tanya bu Unik dengan sedikit penekanan.

"A-anu bu..."

Naya memejamkan matanya. Mengingat kembali beberapa menit lalu mengapa ia bisa terlambat sampai di sekolahnya.

Flashback on

Naya berjalan menyusuri gang rumahnya menuju ke depan jalan raya untuk mencari angkutan umum. Sesekali dengan bersenandung kecil, menyanyikan lagu kesukaannya setiap ia pergi ke warnet.

Dulu, Naya sering bolak-balik ke warnet hanya untuk mendengarkan lagu. Ingat, ponsel miliknya hanya nokia jadul, jadi ia tak bisa mendengarkan lagu.

Gadis itu menggerakkan tangannya mengikuti langkah kakinya yang pendek. Hingga ia tiba di depan gang, seseorang mencekal tangannya. Ia tersentak kaget.

"Astaga! K-kak Bastian? Ngapain di sini?" tanya Naya mengerutkan keningnya. Menoleh ke kanan ke kiri mencari keberadaan seseorang. Mungkin Bastian sedang menunggu seseorang, pikir Naya.

"Naik!" perintah Bastian. Naya cengo, bingung kepada Bastian.

"M-maksudnya?"

"Lo gak tuli kan? Pendengaran lo masih bagus kan? Cepetan naik!"

Naya meneguk ludahnya kasar. Mendengar bentakan Bastian di akhir kalimat, membuat nyali Naya malah menciut. Ia langsung menaiki motor Bastian tanpa memakai helm.

Jantungnya tiba-tiba berpacu lebih cepat. Tidak mungkin kan jika Bastian mendadak mau mengantarkannya ke sekolah? Menjemput ke rumahnya? Ya, meskipun hanya di depan gerbang. Tapi itu mustahil jika tak ada rencana licik dari Bastian.

"Kenapa lo? Kesambet?" tanya Bastian yang melirik dari spion, dan melihat Naya yang sedang melamun.

"E-enggak. Kak Bastian kenapa jemput aku?"

Cittt

Naya mengerjapkan matanya. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Saat Bastian mengerem mendadak, tubuh Naya terdorong ke depan menubruk punggung Bastian.

"Turun!" perintah Bastian.

Naya kembali mengerjap. Gadis itu melihat kesekeliling jalanan. Ini sangat sepi. Bastian sengaja lewat ke jalan yang lebih jauh menuju sekolahnya, dan jalanan ini memang sangat sepi, jarang dilalui angkutan umum.

PRABU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang