Part 18

168 29 7
                                    

H A P P Y_R E A D I N G

Dengan langkah tergesa, Bastian berjalan di koridor lantai kelas 11 IPS. Keringat yang sudah bercucuran, membasahi pelipis serta seragam. Bastian mendesis tatkala para siswa-siswi keluar beramai-ramai karena jam istirahat berbunyi.

Rahang cowok itu mengeras. Tak ada sahabatnya yang menenangkan, mereka tengah berada di kelas, atau mungkin sudah ke kantin lebih dulu.

Sampailah Bastian di depan kelas 11 IPS 1, pintunya tertutup rapat. Cowok itu mengintip di balik jendela, dan ternyata masih ada guru yang mengajar. Cih padahal sudah istirahat, tapi masih juga mengajar.

Tanpa peduli, Bastian menendang pintu itu. Menarik satu siswi yang masih berurusan dengannya.

"Heh Bastian, kamu mau bawa Kanaya kemana?!" Teriakan dari bu Ida, dihiraukan oleh Bastian.

Cowok itu mencengkram pergelangan Naya hingga gadis itu meringis kesakitan. Kuku-kuku Bastian yang putih karena mencengkram, membekas pada kulit Naya hingga memerah.

Bastian tak menghiraukan Naya yang terus memberontak. Cowok itu menarik, menyeret Naya menuju gudang. Emosinya sudah berada di ubun-ubun.

Naya dapat memastikan bahwa setelah ini badannya akan membiru. Gadis itu ketakutan. Siapapun itu, tolong Naya. Ia masih bisa bernafas lega jika masih ada Sean, namun cowok datar itu tak ada bersama Bastian.

Naya juga bisa bernafas lega jika gadis itu dibawa ke ruangan milik Bastian di sekolahnya, pasti sahabat-sahabat Bastian sudah ada di ruangan itu. Tapi kali ini Bastian membawanya ke gudang. Tempatnya sangat gelap, Naya phobia kegelapan.

BRAK

"Shh aww..."

Naya meringis, badannya dilempar begitu saja, hingga punggungnya membentur meja yang sudah tak terpakai. Meja yang tadi tertata rapi, kini sudah berhamburan acak-acakan.

"LO TAU APA KESALAHAN LO?!" Bastian bertanya dengan nada yang tinggi.

Jelas, Naya tau kesalahannya. Ia lupa mengerjakan tugas milik Bastian karena ketiduran. Gadis itu juga cape, setelah mengerjakan beberapa tugas miliknya, ia sampai melupakan tugas milik Bastian.

Dan sekarang, Bastian terlihat sangat emosi. Naya sangat takut. Ini memang kesalahannya.

"JAWAB BANGSAT!" Cowok itu mencengkram dagu Naya dengan kuku. Terasa sekali kukunya yang menembus kulit.

"M-maaf kak.  A-aku ketidur--"

"ALESAN!"

PLAK

PLAK

Pipi kanan dan kirinya terasa panas. Dengan tega, Bastian menampar dua kali pipinya. Rasanya sangat kebas, ia memastikan ujung  bibirnya yang berdarah karena terasa asin.

"Hiks... M-maaf," ucap Naya menundukkan kepalanya, takut melihat wajah Bastian.

"Gara-gara lo, gue disuruh ngerjain 30 soal matematika di kantor, dihukum lari di lapangan."

DUG

DUG

Bastian menendang perut Naya berulang kali layaknya bola. Gadis yang duduk terkapar di lantai hanya bisa meringis, menahan sakit yang luar biasa.

"ARGH... SIALAN LO NAYA!"

Naya menangis, memuntahkan sedikit darah dari mulutnya. Cairan kental berwarna merah itu berhasil mengotori seragamnya.

"K-kak... A-ampun, i-ini sakit hiks..."

"Hiks... A-ayah, t-tolongin Anes."

Tak berhenti sampai di sana, Bastian kembali memukuli tubuh Naya, menjambak, menendang.

PRABU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang