Part 15

906 144 44
                                    

H A P P Y_R E A D I N G

Istirahat kedua, Prabu terus mengelilingi sekolahan mencari sang pujaan hati. Cowok itu juga sedikit kesal, sebab Rafa terus membuntutinya. Rafa juga tak mau diam, cowok itu sangat cerewet.

Prabu sudah memperingatinya agar tak mengikuti dirinya. Sudah dikatakan bahwa tingkat kekepoan Rafa sudah mendarah daging, tidak dapat dipisahkan. Cowok itu penasaran, sudah sejauh mana hubungan Naya dengan Prabu.

Semua ruang kelas ia masuki. Barangkali Naya nyempil pada salah satu kelas. Jadi, Prabu berinisiatif memasuki satu persatu kelas. Ia mengabaikan setiap kelas yang heboh saat ia melangkah memasukinya.

Sampai di taman belakang sekolahnya, Prabu menghela nafasnya merasa kesal. Rafa yang tadi mengintilinya masih berada di samping Prabu seraya nyengir ke arahnya.

Menurut Rafa, Prabu yang menghela nafas panjang itu terlihat menyeramkan. Karena, jika seseorang menghela nafas panjang seperti Prabu, tandanya ia sedang menahan emosinya. Kebanyakan sih, itu juga perkiraan Rafa.

"Aduh... Si Naya pasti lagi sibuk kali, makanya gak ada di kelas."

Prabu mengerutkan kening. Apa benar perkataan Rafa barusan? Tapi jika dilihat-lihat, Naya sepertinya benar-benar orang yang sibuk.

"Ayok lah ke kantin," ajak Rafa.

Langkahnya yang malas mengikuti langkah Rafa dengan tangannya yang juga dicekal oleh cowok itu.

Sesampainya di kantin, Rafa celingukan mencari tempat kosong untuk mereka duduki. Hanya ada dua tempat, di belakang atau di samping Bastian bersama teman-temannya.

Rafa yang sudah lapar, akhirnya cowok itu menarik Prabu untuk duduk di samping meja bersama dengan Bastian.

"Gue ikut gabung ya." Belum sempat mendapat jawaban dari Bastian dan teman-teman, Rafa sudah duduk bersama Prabu.

Prabu mengedarkan pandangannya. Cowok itu celingukan mencari keberadaan Naya, semoga saja Naya sedang berada di kantin. Beruntung, Naya datang dengan nampan di tangannya sedang membawa 3 mangkuk.

Gadis itu berjalan mendekati meja Prabu. Dan juga ia semakin mengembangkan senyumnya. Detik berikutnya, senyum itu luntur kala Naya hanya melewatinya saja tanpa menatap ke arahnya.

"Nih kak pesanannya." Naya yang hendak kembali berbalik, tangannya dicekal.

"Beliin gue minuman soda. Sekalian buat mereka, pake duit lo dulu," perintah Bastian.

"Tapi uang aku cuma sisa 5 ribu kak."

"Ya gimana caranya biar gak pake duit gue dulu," sembur Bastian mengangkat kedua bahunya acuh.

Tanpa mereka sadari, Prabu yang mendengar percakapan mereka mengepalkan tangannya. Jadi Naya hanya dijadikan babu oleh mereka? Tapi sepertinya hanya Bastian yang terus menindas Naya.

"Mau lo nyuri kek, mau lo nyopet kek. Kaya waktu itu lo ambil makanan gue, kan? Itu lo berani."

BRAK

Prabu tak tahan mendengar segala ucapan yang keluar dari mulut sialan Bastian. Jika saja gadis di hadapannya ini bukan gadis yang ia suka, mungkin Prabu hanya diam saja, karena dulu pun saat di sekolahnya yang lama, Prabu juga tak pandang bulu. Entah itu cowok dan cewek sekaligus.

Semua pasang mata menatap ke arah Prabu. Cowok itu melangkah mendekati Bastian, menarik kerah seragam Bastian hingga Bastian berdiri dari tempatnya.

"Wuihh... Santai dong," ucap Bastian. Cowok itu terlihat kaget dengan serangan mendadak dari Bastian.

PRABU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang