Part 14

947 160 132
                                    

SEBELUM BACA, KALIAN KLIK BINTANG DI POJOK BAWAH ALIAS VOTE DULU YUK, TENGKYUU😚

H A P P Y_R E A D I N G

Prabu menyugar rambutnya. Berjalan memasuki lift bersama dengan Rhavel dalam gandengannya. Bocah kecil itu sejak tadi terus mengoceh mempertanyakan tentang Naya.

Mempertanyakan tentang hobi Naya, makanan favorite Naya, minuman favorite Naya, tempat favorite Naya, bahkan ukuran sepatu Naya. Random memang, tapi Prabu sangat menyayangi adiknya ini.

Cowok itu terus melangkah bersama dengan Rhavel. Sampai keduanya akan berbelok ke arah meja makan, namun terhenti kala suara pecahan terdengar begitu nyaring.

"Rhavel, kamu tunggu di depan rumah ya," perintah Prabu.

"Emangnya ada apa bang? Tadi Lapel dengel cuara pecahan."

Prabu menggeleng. Rhavel masih sangat kecil untuk mengetahui keadaan rumah tangga orang tuanya. Menurutnya, Rhavel lebih baik ingin tau tentang Naya saja, ketimbang harus ikut campur urusan rumah tangga orang tuanya.

Bersyukur, Rafa datang menghampiri keduanya. Suara pecahan itu kembali terdengar nyaring.

PYAR

"Raf... Tolong anterin Rhavel ke sekolah ya," pinta Prabu.

Mengerti situasi, Rafa mengangguk. Menggenggam tangan Rhavel dan membawanya ke depan rumah. Kali ini, ia rela menghabiskan bensinnya untuk mengantar Rhavel ke sekolah.

Biasanya, cowok itu akan terus menebeng pada Prabu selagi bisa menghemat bensin. Padahal sama saja, Rafa menuju rumah Prabu juga akan menghabiskan bensinnya.

"KAMU KENAPA SIH MAS NUDUH AKU SELINGKUH TERUS?!"

"AKU GAK NUDUH NADINE! TAPI EMANG KEN---"

"Orang tua macam apa kalian?!" Prabu datang dengan emosi yang sudah berada di puncaknya. Wajahnya sangat merah menahan segala gejolak emosi yang siap meledak.

"Harusnya kalian sadar! Di rumah masih ada Rhavel. Gara-gara kalian, Rhavel jadi gak sarapan."

"Emang lebih baik kalian gak usah ada di rumah, daripada di rumah tapi berasa liat sinetron."

"MIKIR!"

"KALIAN BUKAN BOCAH!"

Sebelum emosinya benar-benar meledak, Prabu melangkah hendak pergi. Ia takut sampai kebablasan membogem wajah orang tuanya sampai babak belur. Ingat, ia latihan bela diri untuk menjaga diri, bukan untuk melawan orang tuanya.

"Berani kamu bentak orang tua?"

Prabu berhenti sejenak. Cowok itu melanjutkan langkahnya sebelum papanya kembali berbicara dengan nada tinggi.

"PRABU, BERHENTI!"

Arvin, Papa Prabu menghampiri Prabu, diikuti Nadine, mama Prabu.

PLAK

Satu tamparan mendarat di pipi Prabu. Cowok itu tersenyum kecut. Tamparannya sangat panas, tapi hatinya lebih panas.

"Anak macam apa kamu? Udah dibesarin malah ngelunjak!"

Prabu tertawa sinis. Mendengar perkataan yang keluar dari mulut papanya, membuat hatinya teriris. Cowok itu menganggap perkataan papanya hanyalah lelucon sesaat.

"Dibesarin?" tanya Prabu. Ia menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah, pantas saja terasa asin.

"Sekarang Prabu tanya--" Prabu menjeda sebentar ucapannya.

PRABU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang