Part 16

815 144 86
                                    

H A P P Y_R E A D I N G

Hari berikutnya sama seperti hari-hari biasa, sepi. Hari ini mungkin tak ada lagi pertengkaran yang mengawali pagi. Mungkin mereka sedang tak berada di rumah, atau bahkan keluar dengan kesibukannya masing-masing.

Langkah kaki Prabu berhenti di meja makan. Sudah ada Rhavel yang tengah menyantap roti selai, pantas saja tadi saat Prabu memeriksa ke kamarnya, tak ada Rhavel di sana.

Prabu melangkah mendekati Rhavel. Ia mendudukkan bokongnya tepat di sebelah kursi adiknya itu.

Melihat sang abang yang sudah duduk, Rhavel dengan antusias membalikkan badannya menghadap ke arah Prabu. Seolah mengerti dengan keantusiasan adiknya, Prabu terkekeh. Ia tau apa yang akan di pertanyakan adiknya.

"Bang, kak Aya apa kabal?" tanya bocah itu.

"Baik. Lebih baik setelah kenal sama abang," jawabnya menyombongkan diri. Padahal kebenarannya tidak seperti itu.

"Yaudah. Kapan ajak kak Aya ke lumah lagi?"

"Tung---"

"Widih pagi-pagi udah gosipin bidadari aja." Rafa datang sangat pagi. Menghampiri keduanya yang sedang menyantap makanan.

Dengan seenaknya, Rafa juga mengambil dua lembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang. "Nyokap gue ke Bandung, jadi gue ke sini pagi-pagi mau numpang makan. Di rumah gak ada yang masak."

"Raf anterin kaya biasa."

"Tapi bensin gu---"

"Gak usah sok miskin. Bokap lo punya rumah sakit."

Rafa nyengir setelah mendapat tatapan tajam dari Prabu. Mungkin setelah ini, Rafa akan selalu ditugaskan oleh Prabu untuk mengantar Rhavel ke sekolahnya. Untuk urusan menjemput Rhavel, biarlah suruhan Prabu yang menjemput adiknya.

"Rhavel, abang berangkat dulu. Kamu sama bang Rafa aja." Setelah mencuri ciuman pada pipi gembul adiknya, Prabu bergegas keluar dari rumah.

Prabu menjalankan motornya begitu sampai di garasi. Tanpa menutup kembali garasi yang terbuka, ia melengos meninggalkan rumahnya.

Sesekali ia bersiul mengikuti burung yang berterbangan di pagi hari. Prabu sengaja menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Membelokkan motornya melewati jalan berkerikil.

Dan sampailah cowok itu di gang sempit, yang akan ia sempatkan untuk menjemput gadis pujaan hatinya setiap berangkat ke sekolah. Mulai detik ini, ia akan menjemput dan mengantar Naya sekolah.

Karena memang masih pagi, jadi sangat lama pula Prabu menunggu Naya. Ia juga sedikit bosan, akhirnya cowok itu mengambil ponselnya.

Tak ada yang menarik dari ponselnya, beberapa kali cowok itu mencoba mencari nama sosmed milik Naya, namun tak kunjung cowok itu dapatkan.

Kurang lebih 7 menit Prabu menunggu, muncullah Naya yang keluar dari gang. Prabu meliriknya dari arah spion, dilihatnya Naya yang kaget. Lalu beberapa saat kemudian, gadis itu merubah raut wajahnya seperti biasa.

Belum juga menyapa gadisnya, Prabu malah diabaikan begitu saja oleh Naya. Gadis itu terus berjalan, pura-pura tak melihat keberadaan Prabu. Padahal, jelas saja bahwa tadi Naya terkejut melihat keberadaannya.

"Kayanya emang lo pengin main-main sama gue Nay." Prabu menyeringai. Cowok itu mengikuti Naya dari belakang, menyetir motornya pelan. 

Lihatlah, gadis itu mempercepat langkahnya. Sangat menggemaskan. Tangannya yang mungil, mengeratkan pegangannya pada tas.

"Naya... Naya... Lo salah kalo mau menghindar dari gue," gumamnya.

BRUM

Langsung saja, Prabu mengegas motornya hingga ia berhenti tepat di hadapan Naya. Terlihat jelas Naya yang terlonjak kaget.

PRABU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang