Part 24

2.7K 294 37
                                    

"If I'm not made for you, then why does my heart tell me that I am?"

***

"Maksudnya aku hanya mengubur peti?"

Zayn masih berjongkok di samping makam, kali ini dengan si pria tua duduk di sebelahnya. Baju dan celana pria itu pasti kotor terkena tanah yang lembab, tetapi tampaknya ia juga tidak begitu peduli. Mereka duduk di sana, saling diam, sampai tadi Zayn memutuskan untuk berbicara.

"Tidak bisakah kau lihat?" tanya pria itu, telunjuknya terarah ke dalam peti. "Peti itu kosong. Kosong dalam artian, di kali pertama kau memasukkannya ke dalam tanah, peti itu sudah kosong. Tidak pernah ada apapun di dalam peti. Tidak ada tanda-tanda apapun."

Itu membuat Zayn terdiam. Peti itu memang kosong. Benar-benar kosong. Bahkan, tidak ada sehelai kain apapun. Hanya ada butir-butir tanah yang sudah mengering, tertempel di sudut-sudut peti. Tidak ada tulang, tidak ada mayat.

Kosong.

Zayn memijat pelipisnya yang mulai berdenyut-denyut. Oke, katanya dalam hati. Setidaknya, semuanya menjadi semakin jelas sekarang. Yang ditemuinya di Manchester memang Katya, karena tampaknya, Katya tidak ada disana. Dia tidak dikubur.

Tapi bagaimana bisa? Bagaimana Zayn, yang notabene adalah suami Katya, tidak mengetahui bahwa tidak ada Katya di dalam peti itu sejak awal?

Zayn mulai mengingat-ingat. Ketika ia menerima berita bahwa Katya meninggal, ia hanya memiliki sedikit waktu untuk melihat Katya, karena setelah itu ia melihat Alaska. Aaron mengurus sebagian besarnya, sampai tahu-tahu peti itu sudah dikubur.

Zayn tidak pernah melihat Katya dalam peti itu. Itulah letak kesalahannya. Waktu itu, hal tersebut tidak terlalu mengganggu Zayn karena memang sulit untuk melihat Katya berbaring tak bernyawa lagi. Tetapi untuk sekarang....

Dengan cepat, Zayn mengambil ponselnya.

"Halo?"

"Zayn? Ada apa?"

Zayn mengacak-acak rambutnya. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu," katanya. "Tidak usah bertanya lebih lanjut, jawab saja. Aku janji aku akan menjelaskan lain kali. Oke?"

"Bertanya apa?" Aaron terdengar bingung.

"Ketika Katya meninggal," Zayn memulai, "kau yang mengurus semuanya. Pemindahan dari rumah sakit, petinya, makamnya. Apakah.....apakah kau melihat isi peti itu untuk yang terakhir? Apakah peti itu bahkan pernah dibuka?"

Aaron tertawa agak sumbang. "Aku tidak mengerti maksudmu, tapi—" ia menghentikan kata-katanya secara tiba-tiba. "Aku tidak membuka peti untuk umum karena itu permintaan Katya. Dr. Flynn bilang dia tidak ingin petinya dibuka."

"Dr. Flynn?"

"Dokter yang membantu persalinan—"

Zayn memberi isyarat kepada si penjaga makam untuk menutup makam kembali, sementara ia berjalan pergi bahkan tanpa sempat menggumamkan ungkapan terima kasih. "Ya, ya, ya, aku tahu siapa dia," tukasnya. "Apa maksudnya Dr. Flynn bilang dia tidak ingin petinya dibuka?"

"Dia bilang Katya yang memberinya pesan. Memang aku tidak memberitahumu?"

Zayn berlari kecil untuk mencapai mobilnya. Saat ia sudah duduk dibalik kursi kemudi, napasnya tersengal berlebihan. Lagi-lagi, kepalanya berdenyut dan keringat dingin membasahi kulitnya. Zayn mengusap dahinya, kemudian menjawab.

"Tidak," sahutnya. "Omong-omong, terima kasih."

"Iya," Aaron menjawab. "Memang ada ap—"

For him, She was.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang