Part 43

2.8K 324 79
                                    

'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do

Nothing to prove

And it's you and me and all other people

And I don't know why, I can't keep my eyes off of you


There's something about you now

I can't quite figure out

Everything she does is beautiful

Everything she does is right....

***

Katya memarkir mobilnya—mobil Zayn, sebenarnya—di parkiran depan sekolah Alaska. Ia mencari-cari payung di jok belakang, dan berterima kasih kepada Tuhan saat menemukannya. Di luar, hujan turun cukup besar. Katya yakin di detik pertama ia melangkahkan kaki keluar tanpa payung, tubuhnya akan basah dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Hari itu Zayn tidak ada latihan. Ia sedang mengurus beberapa urusan karena besok ia akan pergi ke Madrid. Katya juga tidak harus pergi ke rumah sakit, jadi Katya-lah yang menjemput Alaska. Kurang lebih seperti biasa.

Jam besar di dinding menunjukkan pukul 10.49. Artinya, masih kira-kira 10 menit lagi sebelum bel tanda pelajaran berakhir berbunyi.

Katya duduk di kursi tunggu. Payungnya yang basah ia biarkan terbuka di dekat kakinya. Di hadapannya terdapat sebuah cermin panjang, jadi mau tak mau Katya menatap refleksinya sendiri selagi ia menunggu.

Di cermin itu Katya tampak kurus. Tulang pipinya menonjol. Rambutnya pendek sebatas bahu. Ia memakai jins dan kaus lengan panjang yang sedikit basah akibat terkena air hujan. Di cermin itu, usianya tampak lima tahun lebih muda, walaupun kantung mata itu membuatnya seperti seseorang yang sedang stress berat.

Katya mengambil sebuah majalah dari tempat majalah di sampingnya ketika sudah ada beberapa orang tua yang datang untuk menjemput anak-anak mereka. Katya sedang tidak ingin mengobrol dengan siapa-siapa, jadi majalah itulah pelariannya.

10 menit kemudian, bel berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas, berlari ke arah orang tua masing-masing. Katya meletakkan majalahnya, kemudian mencari-cari sosok Alaska di tengah-tengah kerumunan anak.

Kurang dari 3 detik, Katya menemukannya. Katya langsung tersenyum cerah ketika menatap Alaska. Alaska membalas senyumnya, kemudian berlari kecil menghampiri Katya, yang ternyata, diikuti Damon di belakangnya.

"Damon ikut kita, ya, mom?" pintanya ketika ia sudah mendekat.

Katya mengangguk senang. "Tentu. Tapi, sepertinya payungnya tidak cukup untuk tiga orang. Jadi, Damon tunggu disini dulu, ya."

Damon terlihat tidak keberatan, tapi Alaska menggeleng.

"Aku bawa payung, kok," katanya riang. "Mom sendiri saja. Biar Damon bersamaku."

Katya menatap Alaska dan Damon bergantian sembari menahan senyum. Ia memperhatikan mereka selagi Alaska mengorek tasnya untuk mencari payung, kemudian ketika ia sudah menemukan benda yang dicarinya, ia membuka payung itu.

Mereka berjalan menembus hujan terlebih dahulu, dan dengan langkah kecil mereka, Katya tidak kesulitan mengikuti.

***

"Kau yakin tidak ada lagi yang kau bawa?"

Zayn menatap Katya dengan sebuah koper berukuran sedang di hadapannya. Koper itu sudah hampir penuh oleh baju-baju Zayn yang sudah disiapkan Katya, alat cukur, alat mandi, dan entah apa lagi. Tampaknya, semuanya sudah ada di dalam sana.

For him, She was.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang