"Jadi......Madrid?"
Katya memotong panekuknya, sebelum menusuk bagian kecil itu dengan garpu lalu memasukkannya ke dalam mulut.
Pagi itu, mereka—ia, Zayn, dan Alaska—sedang sarapan bersama, seperti hari normal biasanya. Hari itu hari Senin, yang artinya beberapa menit lagi Zayn akan mengantar Alaska ke sekolah sebelum ia memulai latihan paginya.
Rutinitas di rumah itu selalu begitu selama satu bulan ini. Katya akan bangun lebih pagi, kemudian Zayn bangun ketika Katya membangunkan Alaska. Katya menyiapkan makanan sementara Zayn dan Alaska mandi. Mereka akan makan bersama sebelum memulai aktifitas masing-masing lagi.
"Ya, aku ada sedikit urusan di Madrid. Kupikir minggu-minggu depan tidak akan sempat karena akan banyak pertandingan dan latihan, makanya kuputuskan minggu ini saja. Hanya tiga hari, tidak lebih. Aku akan pulang lebih cepat kalau bisa."
Alaska meminum susunya. "Dad akan bawa oleh-oleh?"
"Apapun yang Alaska mau," Zayn tersenyum.
Katya sudah meletakkan garpu dan pisaunya ketika ia memutuskan untuk meminum jus jeruknya. Entah kenapa, ia hanya tidak suka dengan gagasan Zayn harus pergi ke Madrid. Spanyol memang tidak jauh, tetapi ada sesuatu yang membuat Katya ingin Zayn tetap tinggal.
"Kau sudah bilang Jose?" Katya bertanya.
"Sudah."
"Apa katanya?"
"Aku hanya meninggalkan satu latihan, jadi kurasa dia bisa memakluminya," gumam Zayn. "Memang latihannya penting dan dia jadi agak sedikit marah. Tapi, kau taulah bagaimana Jose. Dia akan mengerti."
Tadinya Katya berharap Jose akan melarang Zayn pergi, agar Zayn tidak jadi pergi. Kalau Katya yang melarang, apakah Zayn tetap akan pergi?
Astaga, ini konyol. Lagipula, hanya ke Spanyol. Bukan ke Kutub. Dan hanya tiga hari. Sejak kapan Katya jadi seperti ini kalau ditinggal Zayn?
"Tiga hari, kan? Tidak lebih?"
Zayn terlihat menahan senyum. "Tiga hari, Katya. Tidak lebih. Aku janji. Kau bisa datang ke Spanyol dan menyeretku pulang kalau aku masih belum kembali."
Katya tahu Zayn mengolok-oloknya dengan senyum itu, jadi Katya memutuskan untuk tidak bicara apa-apa lagi.
"Alaska, berangkat sekarang?"
Alaska mengangguk, kemudian berdiri untuk mengambil tasnya di atas sofa. Zayn dan Katya juga berdiri, menatap satu sama lain. Ketika Zayn menatapnya, ia terlihat seperti menahan senyum.
"Ayo, dad."
Zayn melihat sekilas kearah Alaska, kemudian tersenyum.
"Bilang dah ke mom."
"Dah, mom."
Katya memeluk Alaska singkat, kemudian mencium puncak kepalanya. "Nanti mom jemput," gumamnya.
Alaska mengangguk riang. Ia berjalan ke luar terlebih dahulu, menyisakan hanya Katya dan Zayn di ruang tamu, menatap satu sama lain. Zayn tersenyum menyebalkan seperti biasa, membuat Katya menggerutu dalam hati, tapi juga senang.
"Apa?" Katya akhirnya berkata.
Zayn masih menahan senyum. "Tidak apa-apa," gumamnya kemudian. "Sampai ketemu nanti sore."
Kali ini Zayn tersenyum singkat sebelum menutup pintu, menyisakan Katya sendirian di dalam sembari menatap kosong ke arah pintu.
***
Harry menjemput Iris sehabis Iris mengajar.
Mereka jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan di Soho, karena Iris bilang Iris butuh membeli pakaian baru. Mungkin Iris tidak punya siapa-siapa yang bisa dimintai tolong tentang fashion sampai-sampai ia mengajak Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
For him, She was.
Romance-Book 2- Bagi Zayn Malik, dengan atau tanpa seorang Katya Maguire, hidupnya memang takkan pernah sama lagi. Seperti awalnya saat Katya datang ke hidup Zayn, membuat Zayn jengkel dan kesal setengah mati, tetapi entah bagaimana Katya berhasil mengambi...