Relationship

89 21 0
                                    


Dua bulan berlalu semenjak Xiaoting mengumumkan hubungannya dengan Seungcheol. Dan sudah hampir lebih dari satu bulan Yujin dan Xiaoting pindah ke apartemen baru mereka. Apartemen sederhana namun lebih besar dari apartemen mereka sebelumnya dan sesuai permintaan Yujin, apartemen mereka kini memiliki 2 kamar.

Frekuensi pertemuan Yujin dan Xiaoting semakin berkurang, Jadwal kuliah yang padat dan pekerjaan mereka masing-masing membuat mereka semakin jarang menghabiskan waktu berdua. Belum lagi di akhir minggu, Xiaoting akan menghabiskan waktunya dengan Seungcheol. Saat malam hari pun terkadang mereka tidak bisa melihat wajah sahabatnya, karena ketika yang satu pulang malam yang satunya lagi sudah tertidur di kamarnya.

Yujin menyadari itu semua, karena ia sendiri punya andil mengapa ia dan Xiaoting jarang bertemu. Yujin sendiri yang sengaja menghindari sahabatnya itu, ia hanya butuh waktu saja untuk menata hatinya, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan kembali bersikap normal kepada sahabatnya. She just needs time.

"Aku tidak mengerti mengapa kamu bisa betah bermain dengan angka-angka itu? Dan kenapa kamu tidak ambil jurusan yang sesuai dengan pekerjaanmu sekarang?" Tanya Seungyeon membuyarkan lamunannya.

"Angka-angka ini akan berguna kedepannya." Jawab Yujin, ia kemudian kembali fokus ke tugas kuliahnya.

"Benar juga, jika kamu membuka studiomu sendiri, mungkin angka-angka ini akan berguna." Balas Seungyeon.

"Atau jika aku tidak bisa meneruskan karirku sebagai fotografer, aku bisa melamar ke perusahaan manapun." Jawab Yujin.

"Tidak mungkin, you're too good." Jawab Seungyeon.

Yujin hanya mengangkat bahunya mendengar komentar temannya itu.

"Kamu apakah tidak akan pindah ke rumahku saja? Sepertinya kamu lebih banyak menghabiskan waktu di rumahku dibandingkan di apartemenmu." Tanya Seugyeon, tentu dengan niat bercanda.

"Aku tidak mungkin meninggalkan Xiaoting sendirian." Ucap Yujin, menjawabnya dengan serius.

Seungyeon kemudian menghela napasnya panjang.

"Sampai kapan kamu akan menghindarinya?" Tanya Seungyeon.

"Apakah menurut kamu Xiaoting sadar aku menghindarinya?" Ucap Yujin balik bertanya.

"Mana aku tahu, kamu yang tinggal bersamanya." Jawab Seungyeon.

"Hmm, sepertinya aku sudah keterlaluan." Ucap Yujin lagi. "Mulai besok aku akan coba untuk bersikap normal." Ucapnya lagi bertekad pada dirinya sendiri.

"Apakah kamu sudah siap untuk move on?" Tanya Seungyeon.

"Mengapa aku harus move on?" jawab Yujin

"What? Seriously Yujin? Kamu tidak berniat untuk move on? Kamu tahu itu bodoh sekali." Ucap Seungyeon.

"Aku terbiasa hidup untuk mencintainya, can't imagine if I have to stop ." jawabnya dengan suara pelan.

Seungyeon kemudian menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana jika ada orang yang bisa merubahnya? Bagaimana jika ada orang yang bisa menggerakan hatimu yang seperti batu itu?" Tanya Seungyeon.

"Apakah Xiaoting akan bahagia jika aku bisa move on?" Yujin kembali menjawab pertanyaan Seungyeon dengan pertanyaan.

"Mengapa semuanya harus tentang Xiaoting?" Ucap Seungyeon, frustasi dengan pikiran temannya itu.

Yujin kemudian tersenyum melihat wajah frustasi Seungyeon.

"Aku bukan ingin menyiksa diriku sendiri, aku hanya saja teringat janjiku waktu kecil, aku berjanji untuk memastikan Xiaoting untuk hidup layak dan bahagia. Kamu tenang saja, aku juga akan meraih kebahagiannku sendiri, tapi aku harus yakin dulu bahwa Xiaoting sudah meraih kebahagiannya terlebih dahulu." Jawab Yujin panjang lebar.

Freeze the MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang