15

36 6 0
                                    

Seara Putri Wijaya/ Seara
Instagram: Searaputriwijaya

"Nih, misalnya lo masukin X ke F(X) berarti X nya lo ganti ke angka yang ada di soal."

"Apaan sih, gak ngerti deh gue."

"Ah, goblok lo."

Revano menoyor kepala Jey kesel, "Udah lo pandangin deh tuh soal sampe lo pinter."

"Ya, maklum sih, kalau bukan Kalkulus juga gue ngerti."

"Sudah bodoh, masih saja belagu," ucap Deon yang ikut geleng-geleng kepala melihat Jey dari kursinya.

Revano memaparkan telapak tangannya tepat di wajah Jey, "Nih, ngomong sama tangan gue."

Gue berjalan ke arah bangku gue ketika Glenn teriak kenceng banget bikin seisi kelas noleh, "UWIIIH GILA, PANGERAN LAGI BELAJAR."

"Bacot babi."

Ini Glenn yang dateng kenapa gue yang deg-degan? Apa gue naksir Glenn?

Ya kali, goblok.

Ya jelas karena takut ketauan lah, soal cewek yang di gendong Jey dari club itu sebenarnya gue.

"Gimana? Gimana?"

Sesuai ekspetasi, Glenn langsung duduk di sebelah kursi Jey dengan wajah penuh antusias dan heboh.

"Gimana apaan?"

"Lo sama cewek yang lo bungkus itu."

Jey menaikan sebelah alis, "Lagi ngablu lo, ya?"

"Ah elah, cupu lo!"

Glenn langsung bersandar ke tembok sambil memandang Jey kesal.

"Gak cetak gol? Geblek bener, udah capek-capek gendong ke hotel, ngapain kek, bikinin gue keponakan kek."

Toyoran di kepala Glenn cukup kencang membuat dia terbentur tembok.

Mampus lo.

"Otak lo kasih karbol sana biar bersih," ucap Jey bangkit berdiri sambil membetulkan celananya.

Kemudian yang gue liat ada beberapa cewek nyamperin Jey, dan seperti biasa Jey yang selalu meladeni mereka dengan haha-hihi tebar pesona sama mereka.

Udah bukan cuma temen-temennya atau adiknya yang tau, mungkin semua orang yang kenal seorang Abizard Jey Danuarta juga tau kalau Jey itu ceweknya banyak.

Mungkin itu juga yang buat kita semua lumayan kaget waktu Jey tiba-tiba bilang, "Capek pacaran ah gue, endingnya udah kebaca."

Masih ambigu sih, maksudnya dari 'endingnya udah kebaca' itu apa. Toh, selama ini dia pacaran gak lebih dari satu bulan, gak cuma pacarin satu cewek, gak pernah juga beneran pakai seluruh hatinya waktu pacaran.

Sampai sekarang orang masih di buat bingung sama sikap Jey yang tiba-tiba jadi sok penurut sama adiknya, yang biasanya dia selalu ada cara buat main belakang gonta-ganti cewek karena ya emang Jey yang kita kenal itu orangnya bosenan.

Dan di saat-saat kayak gini, gue justru malah kepikiran kejadian kemarin.

Ngapain juga ya, gue mikirin dia?

Tapi gak tau kenapa gue kepikiran aja.

Jenaka ya, Jey mungkin jadi orang pertama yang gue benci di kampus tanpa alasan yang jelas.

Gak peduli seberapa sering orang lain ngomong,

"Kak Jey tuh ganteng banget ya? Parah."

"Kak Jey tuh gak kayak manusia deh."

"Ya Allah, Kak Jey, gue kira malaikat jatuh."

"Beruntung banget ya, istrinya Kak Jey kelak. Udah punya suami ganteng, pelawak, tajir pula. Pasti hidup istrinya ntar gak pernah sepi deh."

Tetap aja gue gak pernah mau peduli, apa yang kalian lihat sempurna gak terlihat sama di mata gue.

Gue keluar kelas dan sengaja jalan melewatinya tanpa menggubris Jey bersama para pemujanya yang menghalangi setengah sisi jalan, sampai ada sebuah kaki jenjang yang dengan sengaja menghalang langkah kaki gue.

"Tiati lo benci sama gue, entar lama-lama naksir."

Gue hanya membalas dengan memutar mata jengah sebelum gue dengan sengaja memukul kaki itu cukup keras dengan jurus pukulan Karate, membuatnya refleks menarik kakinya sehingga gue bisa lewat dengan nyaman.

Lo akan tau siapa Abizard Jey Danuarta, ketika lo pergi ke warung kopi terpencil yang terletak tepat di belakang Fakultas Arsitektur.

Melihat cowok berpostur tinggi dengan rahang tegas dan hidung mancung seperti paruh Elang, memakai anting emas putih bulat biasa di kedua sisi telinganya, tangan berkutek hitam dan di jemarinya selalu bertengger cincin yang gak pernah dia lepas itu sedang menikmati es Good Day biru muda.

Iya yang rasa mint, entah apa enaknya dari rasa mint yang rasanya seperti pasta gigi itu. Kopi rasa mint atau es krim rasa choco mint yang selalu dia beli.

Duduk dengan kaki bersilang seperti cewek, dengan kedua tangannya yang sibuk memainkan sebuah video game dari Nintendo Switch-nya, sementara batang rokok yang di biarkan menyala terus memendek di atas asbak dan asapnya mengepul mengenai wajahnya.

Jey termasuk mahasiswa yang cukup pintar dengan IP yang gak pernah di bawah 3.0, meskipun kalau ke kampus hanya ada dua hal yang gak boleh kelupaan untuk dia bawa yaitu hape sama Nintendo Switch-nya.

"Lo gak bawa bolpen, Jey?" tanya Glenn yang melongo lihat meja Jey masih kosong selain kertas-kertas quis mingguan matkul utama.

"Yaelah, buat apa gue punya temen kalau gak bisa di manfaatin?"

Kemudian Jey akan meminjam pulpen kepada orang-orang yang duduk di sekitar bangkunya, di bawa pulang dan gak pernah di kembaliin lagi. Ketika hal itu terulang lagi, Jey juga selalu mengulang hal yang sama, meminjam pada teman yang lain untuk gak di kembalikan lagi.

Dan ketika ada pulpen yang gak sengaja jatuh di lantai dan ada seseorang yang bertanya, "Bolpen siapa nih jatoh?"

Jey akan selalu jadi orang pertama yang berteriak, "Gue."

Meskipun pulpen itu bukan dia pemiliknya.

Yang jelas, kalaupun gue harus naksir sama orang di Trisur, orangnya bukan lo, Jey.

Cowok brengsek, mantannya sebanyak biji sempoa, bawel, sok kegantengan, annoying banget.

•••HAPPINESS•••

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang