Atezz
Woo : Bot!Wooyoung menghela nafas nya sambil sesekali melihat suasana di sekitarnya, namun belum lama wooyoung langsung mengalihkan pandangan nya dan mencoba untuk mengatur nafasnya kembali. Lelaki yang persis berada di hadapan nya ikut menghela nafas sambil mengacak rambut nya frustasi, jarak nya 2 meter dan lelaki itu tidak bisa menyentuh wooyoung karena wooyoung melarangnya.
"San"
Lelaki itu mendongak melihat siapa yang memanggilnya, ahh itu -Latina- salah satu dokter kepercayaan keluarga nya, sudah dianggap seperti kakak sendiri oleh dirinya dan wooyoung.
"Kak, gimana? Aku beneran ngga boleh disana" ujar nya memelas sambil melihat wooyoung yang masih mencoba mengatur nafasnya sambil di bantu oleh beberapa perawat yang berada di sekitar nya
Latina tersenyum kecil, dua orang ini benar-benar bikin sakit kepala. Kalau lagi mesra keterlaluan, kalau lagi berselisih seperti ini juga sama saja. "Iya, sebentar aja ya .. nanti juga nyariin kok anaknya, mood nya lagi jelek ya?" tanya latina dan san mengangguk lemas
"Tadi sempet aku omelin, abisnya aku udah panik setengah mati dia malah sibuk nonton,minta makan, padahal dari tadi udah ngeringis kesakitan. Aku yang ngeliat aja ngga tega" ujar san berucap dengan gemas saat ia masih mengingat bagaimana perjuangan nya membawa wooyoung yang tengah kontraksi tapi biasa saja, padahal san sudah lemas sendiri membayangkan nya
"Udah tau anaknya begitu, kontraksi nya juga belum terlalu intens kok. Baru bukaan 1 juga" ujar latina sambil melihat san yang begitu serius menatap wooyoung yang dibantu oleh perawat untuk bernafas sesekali di tengah kontraksi nya
Latina kemudian menepuk pundak san, dan menatap nya "Nanti samperin aja ya, kalau masih ngga mau di deketin, jarak nya yang agak deket aja" ujar latina dan diangguki san, "Kakak keluar dulu, nanti kalau ada apa-apa kasih tau"
Dan akhirnya latina keluar meninggalkan ruangan bersama para perawat dan meninggalkan dua orang yang masih berjarak satu sama lain.
"Sayang"
Tidak ada jawaban hanya sesekali ringisan wooyoung terdengar, san menghela nafas ia bangkit dan berjalan perlahan menghampiri wooyoung, biar nanti wooyoung marah atau tidak yang penting san bisa melihat wooyoung dan mengawasi wooyoung dengan jawak yang lebih dekat.
Wooyoung yang mendengar suara tapak kaki mendekat mendengus kesal, "Diem disitu" ujar nya membuat san berhenti melangkah, san berdecak, "Sayang, maaf bukan maksud aku juga unt -" wooyoung menatap san tajam, "Diem" dan san akhirnya mengalah untuk duduk ditempat terakhir nya melangkah, tidak apa-apa ini sudah lumayan dekat
"Maaf" ujar san sendu dan wooyoung kini berusaha bangkit untuk membaringkan tubuhnya di kasur, san dengan cepat berdiri dan menghampiri wooyoung namun tangan san dengan cepat ditepis, "Kan aku bilang diem disitu" ujar wooyoung, san menggeleng,
"Gabisa, aku gabisa. Ngeliat kamu kaya gini terus aku harus diem aja? ngga bisa sayang. Aku minta maaf kalau tadi nadaku sedikit tinggi, kamu tau aku khawatir sekali, kalau kita udah disini, kamu mau ngapain aja boleh, ada kak latina dan perawat yang lain juga yang bisa bantu, kalau di rumah? ada siapa? cuma aku sama kamu, aku belum tentu bisa setenang kamu" ujar san akhirnya meledak juga, bagaimana bisa dia hanya diam sementara wooyoung sedari tadi kesakitan dan berusaha melakukan semuanya sendiri.
Wooyoung menghela nafas, mungkin dirinya sedikit keterlaluan juga. Efek rasa sakit dan merasa tidak mau san terlalu khawatir. Wooyoung berusaha mengendalikan dirinya dan menjadi lebih defensif kepada san.
"Ayo sekarang aku bantu, mau tiduran?" tanya san dengan lembut dan wooyoung hanya mengangguk, san akhirnya membantu wooyoung untuk merebahkan kembali tubuhnya di kasur, dengan perlahan san menyelimuti tubuh bawah wooyoung dan mengusap kepala wooyoung yang berkeringat dingin, "Mau minum" ujar wooyoung serak dan dengan cepat san mengambil botol minum milik wooyoung dan mendekatkan nya pada wooyoung
KAMU SEDANG MEMBACA
Birth Story
FantasyI hope you enjoy with this story with the best couple i ever ship :)