Aku benci ibu

229 14 5
                                    

Selama dua bulan lebih, saluran televise selalu menayangkan berita pagi, siang, sore atau hanya berita sekilas, mengenai seorang pria bertato kapak salib dibagian pergelangan tangannya. Kasus tersebut ramai dperbincangkan sebab status pria itu yang merupakan buronan paling menakutkan. Bukan hanya sebagai perampok dan pembunuh, dia juga memperdagangkan manusia, dari menjual organ dalam sampai menjual gadis kecil untuk dijadikan kupu-kupu malam atau budak para penggila vagina. para detective belum menemukan titik terang dan masih sibuk melakukan pencarian.

Portland, 17 Maret

Malam terasa berbeda ketika Anatasa Zorka turun dari sebuah jeep hitam bersama sang ibu, Renata Zorka. Udara menusuk lubang-lubang kulitnya yang hanya mengenakan gaun merah muda sebatas lutut. Sekarang adalah hari ulang tahunnya yang ke delapan tahun, tujuh belas Maret. Karena ini merupakan saat-saat yang special, sang ibu untuk pertamakalinya bersikap baik pada Anatasa. Selama delapan tahun bernafas disisi ibunya, baru kali ini dia berani mengambil inisiatif untuk berbicara mengenai keinginan dari lubuk hati.

Walau tahu Renata adalah tipikal orang tua yang pemarah, dia mengabaikan dan berkata melalui nada terputus-putus. Bahwa dia ingin menghabiskan waktu seharian dengan ibu tercinta. Mendengar hal tersebut, Renata tentu meledak dan berkata dingin.

"Aku harus bekerja menangani para hidung belang, lalu kau memintaku menemanimu untuk sesuatu yang tidak menghasilkan uang? Kau membuang-buang waktuku!" sentak Renata, pedas.

Namun, beberapa jam kemudian, tiba-tiba wanita molek itu merubah pikiran, entah ada peri baik hati yang menghasut ibunya atau mungkin Renata baru saja memenangkan sebuah lotre sehingga menyetujui permohonannya. Hari ini, Mereka memulainya dengan mengunjungi kebun binatang, dan untuk pertama kali, dia berani menggenggam tangan ibunya sebab takut pada auman singa. Lalu Area permainan, dimana dia melihat ibunya tertawa bahaga karena menikmati roller Coaster dan tembakan berhadiah. Setelah lelah, laut menjadi tempat makan siang mereka dengan menu seafood. Kemudian di pasar malam, mereka berbelanja barang-barang murah namun berkualitas untuk dibawa pulang, dan terakhir disini.

"Ibu, kenapa kita berhenti ditempat ini?" Tanya Anatasa linglung begitu menapakkan kakinya di aspal.

Dia memperhatikan sekitar, tiba-tiba saja merinding, dalam otaknya yang belum berkembang, terdapat halusinasi tentang srigala mengaung diatas bukit. Tentu tempat ini lebih cocok sebagai latar film horror dan laga. Jalan setapak yang sempit, dan berbagai pohon rindang tua serta awan gelap menambah kesan mengerikan untuk anak seusianya. Bukankah Renata bilang, mereka akan menemui seseorang yang berstatus teman? Jadi, dimana teman ibunya itu?

"Kita akan menunggunya," ucap Renata.

Kalimat itu telah basi, dan mereka berdiri disisi mobil untuk menanti kedatangan seseorang, namun selama setengah jam, Anatasa tidak mencium kehadiran siapapun kecuali dengung nyamuk dan sapuan sejuk di tengkuk.

"Ibu, kenapa kita tidak menunggu didalam mobil saja," usul Anatasa.

"Akan lebih baik diluar, agar dia bisa mengenali kita," jawab Renata acuh, jari lentiknya sibuk menyentuh touchscreen android, dahinya mengernyit seolah tidak sabar. Karena orang yang diharapkan baru saja mengirim pesan kalau dia akan tiba kurang dari lima menit.

Selang tiga menit kemudian, sebuah mobil hijau tua berhenti dihadapan mereka. Anatasa merasa lelah seharian berjalan-jalan, sehingga tidak memperdulikan siapa orang dibalik kaca kendaraan itu. Tidak setelah seorang pria berpakaian hitam dan bertopi menghampiri mereka. Pria yang memiliki kumis tebal itu mendekati Anatasa sehingga dia ketakutan dan akan mendekati ibunya untuk meminta perlindungan, namun segera dihadang dan tubuhmungilnya diangkat menuju bagasi mobil.

Failed PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang