August Vllouren

48 10 0
                                    

August Vllouren, namanya terasa asing bagi masyarakat biasa. Kekuasaannya tidak seharum presiden adikuasa yang mempelopori setiap perang dunia. Wajahnya tak sepopuler Abraham Lincoln, yang setiap kalimat sembarangnya dapat dijadikan kata-kata mutiara. Dia bukan pemimpin revolusioner dalam buku sejarah. Tetapi, ketika orang-orang penting mendengar namanya, satu detik kemudian, tubuh mereka seakan menerima pathogen. August Vllouren hampir sama dengan racun menembus tulang-belulang.

Dia adalah raja iblis, dunia kegelapan berada dalam pengendaliannya. Perdagangan illegal merupakan bisnisnya, dan membunuh adalah hobinya. Dia menamai organisasi besarnya dengan sebutan, Muggles.

Sebagai ketua Mafia menakutkan di benua ini, dia terbiasa menginjak orang-orang lemah dan berkuasa. Pemerintah menutup mata atas tindakannya.

Berurusanlah dengannya, maka kau akan berlutut untuk memohon nyawamu.

Seperti yang Jack Will alami sekarang, dia bersimpuh di tanah lembab, menyatukan telapak tangan untuk meluluhkan hati August Vllouren. Namun, raja iblis tak tersentuh.

August menampilkan pundak kokoh dan dinginnya, menghadap danau yang akan menjadi saksi kematian lain, dia berdiri ditengah-tengah hutan Portland bagian Oregon. Terdapat sepuluh penjaga kekar dan terlatih yang bersiap melindungi. Dan seonggok sampah seperti Jack Will harus dimusnahkan hari ini juga.

"Tuan, aku telah mengabdi kepadamu selama bertahun-tahun. Aku hanya ingin kembali ke kehidupan normal, dan berjanji..."

"Maka kau harus berterimakasih padaku, karena memberikanmu kehidupan abadi," potong August.

"Aku,"

Sebelum Jack Will menyudahi ucapan, satu peluru menembus tempurung kepalanya. darah menyemprot dari lubang tengkorak, pria berkepala empat itu ambruk bersama dengan mimpinya untuk menjalani kehidupan biasa bersama keluarga.

Bersamaan dengan ledakan, jeritan nyaring menggelegar dari arah lain. August melirik bawahannya sambil mengelus pistol yang baru saja mengeluarkan batang besi panas. Memberikan kode untuk memeriksa seluruh bagian hutan ini. empat penjaga ditugaskan mencari, bersiaga dan bersikap patuh jika tidak ingin berakhir seperti Jack Will, tangan kanan bosnya.

Jack Will menjadi bukti nyata kebrutalan August Vllouren.

Lima menit kemudian, penjaga yang ditugaskan, menggandeng dua anak berusia sekitar delapan atau Sembilan tahun. Mereka adalah Zan Alyaz dan Anatasa Zorka, dua bocah itu dilemparkan tepat dibawah kaki August Vlloeuren, hampir menciumnya. Mata mereka berhapan langsung dengan sepatu hitam mengkilap, bahkan Anatasa mampu melihat wajahnya sendiri di sepatu itu.

"Mereka sepertinya kabur dari panti asuhan Sapien House, " ucap salah satu pengawal.

August melipat dahi, "Sapien House?" pertanyaannya bersifat retoris.

Pria berumur delapan puluh satu tahun dengan uban mendominasi kini menyeringai. Tidak ada yang mengira, kalau kakek-kakek dengan tongkat dan lensa coklat muda yang lembut adalah penjahat kelas kakap.

"Urus anak lelaki itu dulu," titahnya, membalikkan tubuh untuk melihat pemandangan aliran sungai, lagi. Dia mengarsir garis tipis di wajahnya, ingin membuat Anatasa Zorka ketakutan sebelum mati.

Seorang penjaga mengangkat senjata, bersiap menghunus peluru tepat ke pusat tubuh Zan Alyaz. Tetapi, suara pelan anak itu mengambil perhatian August Vllouren.

"FN Browning M1903," Zan menutup mata usai bergumam. Apakah dia akan mati karena peluru senapan itu? senjata yang ayahnya sebut ketika memainkan game di komputer.

"Aku akan menggunakan FN Browning M1903," tiba-tiba inderanya mengulas waktu itu, dimana Bosko Alyaz berceloteh sembari sibuk memencet tombol joy stick.

Dia merindukan ayahnya.

Sementara itu, August Vllouren tergerak, dia mengangkat tangan untuk menghentikan aksi penembakan. Ketertarikan terlukis di muka keriputnya, untuk pertama kali, dia ragu menghantar nyawa seseorang kepada malaikat maut.

"Kau," August menyipitkan mata sebelum meneruskan, "bagaimana kau bisa tahu nama senjata ini?"

Zan membuka manic-maniknya, memandang August Vllouren. Sedangkan Anatasa sudah menahan tangis menyaksikan suasana yang menegangkan ini.

Kedua anak itu tidak akan menyangka, jikalau namanya akan hilang tergerus ambisi dan ketidakberdayaan.

Tuhan akan mencatat kisah dan nama mereka, bukan pada al-kitab, tetapi dihati orang-orang.

Perjalanan penuh pengorbanan dan cinta yang rumit. Akankah mereka berdua tetap bersama, atau saling terluka? Biarkan takdir membawa mereka.

Sembilan belas tahun kemudian, usai lolos dari maut

Bangkok, Thailand Selasa 12 Agustus

Seorang wanita berusia kurang dari tiga puluhan, mematung didepan jendela rumah tua namun bisa disinggahi. Halaman rumah begaya retro itu tak terawat dan hampa. sulit mendeteksi kehadiran bangunannya sebab rumput dan pepohonan tumbuh terlalu cepat. Butuh observasi secara langsung agar benar-benar menemukan rumah mewah yang berdebu dan bersawang itu.

Hujan deras menciptakan uap dingin, semak-semak dan dedaunan bergoyang, pedang langit menggelegar tetapi tidak membuat gadis itu gentar. Pikiran dan perhatiannya terikat dan tertuang pada sesuatu yang lebih rumit dari lokasi tempatnya berada. Dia menggunakan kemeja maroon dan rok hitam pendek diatas lutut, setelan kerja pada umumnya. Kulitnya yang halus dibiarkan terbuka tanpa stoking, hanya high heals setinggi lima sentimeter sebagai penopang tubuh idealnya.

Lensa besar hitam dengan bulu mata lentik alami tak mengerjab meski suara gemuruh menghantam langit hingga babak belur. Jari jemarinya menjepit sepuntung rokok asal kolombia, kabut nikotin mengelilingi ruang sampai terasa sesak, tapi itu tidak berlaku untuknya yang doyan menghirup asap sigaret. Dia telah menghisapnya beberapa kali kemudian dihembuskan. Cat merah terang dikukunya menambah kesan glamor dan bebas, kecantikan yang sombong. Rambut gelapnya yang setengah ikal memiliki sentuhan warna keemasan, mahkota itu sebatas pinggang dan dibiarkan tergerai, tidak khawatir kusut karena udara sore.

Dia membuang nafas melalui hidung, tahi lalat disudut mata tidak mengurangi keelokannya, malah menciptakan keindahan saat matanya melirik atau bahkan berkedip. rambut halus diatas kelopak terarsir hati-hati, memikat setiap pandangan. Terdapat garis seksi pada bibir bawah, daging lunak itu segar dan menggugah siapapun dengan warna merah muda. Dahinya yang mulus terkesan menggoda untuk meminta kecupan, padahal dia hanya mengnginkan hal itu dari pria impian.

Pangeran keadilannya.

Ketika sedang asik bercengkerama dengan sepi, pintu dibelakangnya terbuka, muka pucat dan lebar muncul, "maaf nona Anna, aku tidak mengetuk pintu. Namun ini darurat," pria pendek berkaca mata itu berhenti mengoceh begitu melihat Anna berbalik, menunggu informasinya.

"Keadaan Tuan August Vllouren kritis," lanjut Don Luis, assisten dari pria sekarat yang menjadi pokok percakapan.

Anna mematikan sumbu rokok di kayu jendela, membuang sisanya keluar. Beberapa detik masih diam, dia menatap ludah angkasa yang mulai mereda sambil menutup kaca jendela. kemudian melangkah tanpa guratan emosi, bisa dikatakan gerakannya santai. Entah karena sudah terbiasa menghadapi atau memang menanti moment ini.

Anna berhenti tepat di pintu, berseru pelan "Hubungi Zeean Vllouren dan anggota Muggles!"

"Katakan bahwa, August Vllouren telah meninggal dunia pada hari selasa, tanggal 12 Agustus 2021."

Don Luis tersentak, ingin mengutarakan opini, tetapi batal ketika kalimat lain menyusul.

"Karena serangan jantung," Anna berkata, lalu menghilang seperti asap tembakau.

Tbc

Failed PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang