13) Kenalan

418 95 10
                                    

"Masih belum kelar juga urusan lo sama Sultan?" tanya Zanna.

"Tau tuh! Ngeselin emang dia! Padahal mah waktu itu udah gue bilang tugas terakhir, ehh ... tetep aja gangguin gue."

"Demen kali," sahut Mia yang membuat Lova melotot.

"Gak mungkin lah! Lagian ya, menurut gue dia tuh buaya. Pasti dia juga lagi meluncurkan modus-modusnya buat deketin banyak cewek," balas Lova.

"Terus menurut lo ini termasuk kemodusannya dia nggak?" tanya Nada.

"Nggak, emang males aja kayanya mau ngerjain PR. "

Ketika segerombolan gadis-gadis cantik mendekati kantin, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Apalagi pada Iva, bisa dibilang salah satu primadona sekolah.

"Eh ada Ayang gue, gue ke Ayang gue dulu ya?" pamit Kirana lalu menghampiri Dirgantara yang sedang duduk sendiri sambil membawa gitar.

"Meh, bucin banget!" cibir Ajeng yang sejak masuk SMA belum mendapatkan pasangan.

Ajeng terlalu pemilih, sudah banyak laki-laki yang ia tolak. Kata Ajeng, "Bukan tipe gue."

"Yeu! Iri kan lo?" balas Nada sambil menarik rambut ekor kudanya.

"Kampret! Rusak nih kuncir gue, udah cakep juga."

"Sini gue benerin," kata Zanna dengan lembut.

Mereka sedikit menepi dari jalan agar tidak menganggu aktivitas. Zanna dengan telaten menyisir rambut Ajeng dengan tangannya.

"Lembut banget rambut lo," puji Zanna.

"Rambut gue? Haha, Jelas! Seperti kepribadian pemiliknya."

Mereka berlima memberikan tatapan sinis kepada Ajeng, kalau yang mengucap kalimat itu adalah Zanna mungkin mereka tidak akan protes. Tapi ini Ajeng ..?

Lova sedang berdiri dengan tenang sambil memperhatikan Zanna yang sedang menguncir rambut Ajeng, lalu dari belakang ada seseorang yang sengaja menabrak bahunya sedikit kencang hingga membuatnya mengaduh kesakitan.

"Aw! Siapa sih—OH LO?! DASAR! ENYAH LO!"

Dengan brutal ia memukuli lengan Sultan beberapa kali, menurut Lova sekali-kali Sultan harus diberi pelajaran. Sultan hanya tertawa sambil berusaha melindungi dirinya.

"Nggak sakit, wle!" ejeknya dengan lidah yang terlujur.

"Sabar Lova ... " ucap Lova sambil mengelus dadanya sendiri. Iva terkekeh lalu mengelus punggung Lova.

"Masih sakit?" tanya Iva. Lova menggeleng sambil tersenyum.

"Sudah? Yuk!"

Mereka berenam berjalan menuju dalam kantin, hari ini mereka sudah berencana untuk makan pecel bersama. Hari ini kompak satu sirkel belum sarapan semua.

"Siapa yang pesenin nih?" tanya Ajeng.

"Tiga orang ya! Tangan cuma dua," balas Nada.

"Yaudah, lo, gue, sama Lova yang pesen," kata Zanna sambil menarik lengan Nada yang sebenarnya enggan untuk mengantre.

Iva, Ajeng, dan Mia segera duduk di tempat yang kosong agar tidak ditempati oleh yang lain.

"Permisi Kak, ini kursinya di pakai nggak, ya?" tanya salah satu adek kelas dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Dipakai, orangnya masih beli pecel, dek. Maaf ya ... " jawab Mia juga dengan senyuman.

Adik kelas tersebut mengucapkan terima kasih lalu pergi mencari kursi yang kosong. "Mia calon kakak kelas idaman nih, ramah banget sama adek kelas," celetuk Ajeng.

Don't Enter | SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang