BRAK!
"Mana yang namanya Lova?" tanya Sultan dengan di depan pintu. Seragamnya tidak rapi juga tidak memakai dasi, kata beberapa siswi sih itu keren.
Seisi kelas melihat ke arah Lova, Lova menatap Sultan datar lalu beranjak dari duduknya dan menghampirinya.
"Kenapa?" tanyanya ketus.
Sultan tersenyum miring, "Songong banget nih anak," ucapnya.
"Jangan basa-basi!"
"Uuh ... Ga sabar banget ya mau ngerjain tugas gue? Nih kerjain, nanti malem harus selesai!" ucap Sultan sambil menyerahkan beberapa buku yang dibawakan oleh Roland kepada Lova dengan paksa.
"Ck! Apa-apa—"
"Inget ucapan gue kemarin?" ucap Sultan lalu berjalan mendekat ke arah Lova.
"Lo mau toko kue lo gue bakar?" lanjut Sultan sambil berbisik, hal itu membuat bulu kuduk Lova berdiri.
"Good girl, semangat!" Sultan menepuk kepala Lova sebelum pergi ke kantin bersama teman-temannya.
Lova membeku di depan pintu, dia menatap buku-buku tersebut lalu berdecak kesal. Masih hari pertama sejak ia berurusan dengan Sultan, ia sudah direpotkan dengan hal-hal seperti ini? Bagaimana selanjutnya?
"Lova! Lo habis buat masalah ya sama Sultan?!" Nada menghampiri Lova dan menggucang bahunya.
"Lo gila?! Itu Sultan, Va ... Jangan main-main," ucap Nada.
Lova tersenyum, "Nggak apa-apa, gue cuma disuruh ngerjain tugasnya doang kok."
"Cuma lo kata?! Gue sih ogah!"
"Yah ... Mau gimana lagi?"
Nada selaku sahabat Lova menepuk bahunya sambil tersenyum, "Semangat Lova, tapi ... Lo yakin bisa ngerjain soal Ekonomi?"
Lova melebarkan matanya, "Anjir?! GUE LUPA GUE ANAK IPA!"
×××
Lova sedari tadi menggigiti kukunya karena gugup, dia masih memutar otak bagaimana cara mengerjakan soal Ekonomi milik Sultan. Bahkan dia sendiri juga kesulitan dalam berhitung, bagaimana dia bisa mengerjakan tugas orang lain?
"Ck ah! Sultan ada-ada aja ... Apa gue balikin bukunya, ya?"
"Kalau lo berani sih ... Balikin aja," sahut Iva lalu menyuapkan burger ayam ke dalam mulutnya.
"Ajeng, lo kan kenal nih sama Ezra temennya Si Sultan. Lo mau bantuin gue nggak?" tanya Lova.
"Gak gak! Gue gak mau berurusan sama anak setan lagi! Gue udah kapok ya waktu itu kena guyur es teh waktu kelas 10," tolak Ajeng tegas.
"Gak punya hati emang," sahut Kirana yang sedari tadi asik dengan ponselnya.
"Gitu lo dulu demen sama dia," balas Zanna yang membuat ciwi-ciwi rumpi ini menyoraki Kirana.
"Itu dulu! Lagian gue ga munafik ya. Sultan ganteng, tajir, anak futsal juga. Gimana gue ga demen?"
"Betul juga, cuma ya gitu ... Kejam," sahut Mia yang mendapat anggukan dari Kirana.
"Sultan tuh!"
Ketujuh perempuan tadi melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ajeng. Sultan dan antek-anteknya berjalan masuk ke kantin. Beberapa siswa dan siswi langsung memberi jarak karena takut kepadanya.
Pernah saat itu ada anak kelas 10 yang masih belum kenal dengan Sultan diguyur es teh manis hanya karena berjalan 1 meter di sebelah Sultan. Siapa lagi kalau bukan Ajeng?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Enter | Sunoo
Tienerfictie"Jangan masuk!" "Kenapa sih? Gue mau naruh ini barang-barang, berat tau!" "Kalau lo masuk, gue jamin hidup lo mulai hari ini dan seterusnya ga bakal tenang." Harusnya gue percaya dengan perkataan mereka. Hal yang mereka katakan, benar-benar terja...