"Adek lo mana sih, Tan?" tanya Roland yang sudah menanyakan pertanyaan ini 3 kali.
"Gue gibeng ya lo tanya sekali lagi! Di rumah nenek gue anjrit!" jawab Sultan penuh emosi. Rasanya dia ingin menghantamkan stick PS nya ke kepala Roland.
"Oh iya, gue lupa."
"Lo demen banget sama anak kecil?" tanya Ravin yang tangannya masih sibuk memencet tombol pada stick ps.
"Suka! Gue suka adek orang lain, tapi kalau gue punya adek gamau juga."
"Untung bukan Orland yang bilang gitu, kalau Orland yang bilang lo ga keluar dari perut Mama lo dong," sahut Ezra lalu terkekeh.
"Eh enak aja! Kata orang tuh ya, sebenernya yang keluar terakhir tuh kakak. Karena kakak nendang adeknya biar keluar duluan, jadi bisa dibilang gue ini kakaknya Orland," tutur Roland.
"Sotoy! Kata siapa gitu?" tanya Orland tidak terima.
"Kata orang jaman dulu lah!" jawab Roland.
"Emang jaman dulu lo udah lahir? Enggak kan?" tanya Orland lagi, kali ini nadanya lebih nyolot.
Sebelum Roland menjawab Orland, Sultan terlebih dahulu membekap mulut Roland. "Udah diem, kalian berdua gelut mulu."
"Ya emang, Abang duluan," sahut Roland.
"Kok gue njir? Lo lah! Masih kaya anak kecil nyaut mulu gamau kalah," balas Orland.
Ezra menatap mereka berdua dengan tatapan datar dengan stick ps yang masih berada di genggamannya. Dia terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya.
"Berisik! Gue aduin Kak Chessy, ya? Biarin aja ntar kalian kaya dulu disuruh push up gara-gara ganggu tidur siangnya!" ancam Sultan.
"Kok lo ngancem sih? Ga asik nih!"
"Iya njir, ga asik banget mainnya bawa Kak Chessy."
BRAK!
"Apa sebut-sebut nama gue? Kangen lo?" ucap Chessy yang membuka pintu tersebut. Ditangannya sudah ada kemoceng bulu ayam yang sepertinya siap untuk jadi senjata.
Ketiga remaja itu menelan ludahnya karena jujur mereka trauma, kecuali Ezra. Ezra adalah manusia paling tenang karena terkadang ia malas untuk berbicara. Sedangkan Si Kembar dan Sultan tidak akan berhenti berbicara sebelum baterai mereka habis.
Begitu juga Ravin, dia seolah sedang sendirian di dunia bersama dengan ps. Masih fokus dengan game yang dia mainkan.
"Nih kembar, berisik!" adu Sultan sambil menunjuk Si Kembar.
"Kok gue?! Abang nih yang mulai duluan!" Roland mendorong lengan Orland yang membuat Orland melotot.
"Lo lah! Lo sebut-sebut nama Kak Ches, nih Kak tadi yang nyebut nama Kakak."
Roland mendadak gugup, ia menggeleng cepat. "Nggak Kak, nggak ada maksud apa-apa."
"Awas aja ya berantem-berantem lagi, berisik tau ga?! Kalau sampai gue denger ada kericuhan lagi, gue suruh kalian bersih-bersih halaman belakang! Bantuin Pak Joko sana!"
"Iya Kak."
Ravin hanya tersenyum mendengar ketiga manusia yang tiba-tiba nyalinya menciut karena Chessy.
"Nih main, jangan berantem lagi," ucap Ravin sambil memberikan stick ps kepada Roland.
"Sini Dek, main sama gue." Ezra menepuk tempat kosong di sebelahnya.
Ketika mendengar Ezra memanggilnya dengan sebutan 'Dek', Roland memukul kepala Ezra menggunakan stick ps dengan wajah datarnya.
"ANJING! SAKIT BEGO!" ucap Ezra dengan wajah kesakitan juga tangannya yang reflek mengelus kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Enter | Sunoo
Novela Juvenil"Jangan masuk!" "Kenapa sih? Gue mau naruh ini barang-barang, berat tau!" "Kalau lo masuk, gue jamin hidup lo mulai hari ini dan seterusnya ga bakal tenang." Harusnya gue percaya dengan perkataan mereka. Hal yang mereka katakan, benar-benar terja...