"Mampir ke kafe dulu ga sih? Gue penasaran dah sama kafe itu, kaya konsep jadul," ucap Roland sambil menunjuk ke arah sebuah kafe yang ada di depan mereka.
Kebetulan mereka bisa melihat kafe tersebut dari pom bensin.
"Boleh, gue juga udah lama kepo sama kafenya," balas Ezra.
"Lah? Itu kan kafenya Si Roti ..?" batin Sultan melirik ke arah yang ditunjuk oleh teman-temannya. Ia masa bodo dan berpura-pura tidak tau akan kafe tersebut.
Setahu dia, bakery milik Lova itu menjadi satu dengan kafe. Dan dia pernah stalking akun sosial media milik kafe tersebut, jadi dia tau.
Saat mereka berempat memasuki kafe, banyak pasang mata yang tertuju pada mereka. Ezra seperti biasa tengah melancarkan aksinya, yaitu tebar pesona dengan cara menyisir rambutnya dan bertingkah sok keren.
Tapi tenang saja, itu tidak akan terlihat cringe jika Ezra yang melakukan.
"Duduk dimana?" tanya Sultan.
"Di atas aja kali, ya? Gue lihat dari bawah tadi masih kosong," jawab Orland.
Sultan mengangguk, dia mengambil buku menu dan kertas kecil yang disediakan di sana untuk mencatat pesanan. Mereka berempat pun jalan ke atas. Untung saja di sana masih ada beberapa tempat yang kosong.
"Dah, lo tulis mau beli apa gue yang traktir hari ini!" ucap Sultan.
"Widih, lagi seneng ya lo makanya lo yang traktir?"
Sultan hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Teman-temannya sibuk melihat buku menu dan memilih apa yang menjadi hidangan mereka malam hari ini.
Sedangkan disisi lain ada Lova yang bertanya-tanya bahkan sedikit kesal dengan tingkah Sultan.
"Gak jelas banget, sumpah!" ucapnya lalu melemparkan ponselnya ke atas kasur.Dia berjalan ke arah meja riasnya dan mengambil parfum yang baru saja ia beli sepulang sekolah tadi. Lova tersenyum melihat penampilannya kali ini. Dia merasa percaya diri dengan hoodie abu-abu juga parfum yang baru ia semprotkan pada hoodienya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Enter | Sunoo
Teen Fiction"Jangan masuk!" "Kenapa sih? Gue mau naruh ini barang-barang, berat tau!" "Kalau lo masuk, gue jamin hidup lo mulai hari ini dan seterusnya ga bakal tenang." Harusnya gue percaya dengan perkataan mereka. Hal yang mereka katakan, benar-benar terja...